Review Movie : Gravity
(2013)
Ini dia fakta-fakta, kisah
cerita di balik pembuatan dan sinopsis film Gravity, yang berhasil
memborong banyak penghargaan Piala Oscar 2014. Gravity adalah film drama luar
angkasa 3D tahun 2013 yang ditulis, diproduseri, disunting, dan disutradarai Alfonso
Cuarón. Film ini dibintangi Sandra Bullock dan George Clooney yang berperan
sebagai astronot yang selamat dari bencana wahana antariksa.
Cuarón menulis naskahnya bersama
putranya, Jonás, dan berusaha mengembangkan proyek ini di Universal Studios.
Setelah hak proyeknya dijual, proyek ini justru mendapat perhatian Warner Bros.
Studio ini mendekati sejumlah aktris sebelum akhirnya menetapkan Bullock
sebagai pemeran utama wanita. Robert Downey, Jr. juga sempat terlibat sebagai
pemeran utama pria sebelum meninggalkan proyek ini dan digantikan oleh Clooney.
Gravity menjadi film pembuka
70th Venice International Film Festival pada bulan Agustus 2013. Tayang perdana
di Amerika Utara diselenggarakan tiga hari kemudian di Telluride Film Festival.
Film ini dirilis besar-besaran di Amerika Serikat dan Kanada tanggal 4 Oktober
2013 dan Filipina tanggal 3 Oktober 2013.
Pernahkah
sebagian dari kita memiliki mimpi untuk menjadi astronot? Atau setidaknya,
menjelajah ruang angkasa. Keluar dari Bumi, menuju planet lain, pergi ke Bulan,
pergi ke bintang-bintang yang biasanya hanya kita lihat sebagai sebuah titik
terang di malam hari. Ruang angkasa menyimpan misteri yang besar, dan manusia
selalu tertarik kepada sesuatu yang misterius, yang tak mereka ketahui, yang
terasa jauh.
Gravity
menjawab itu semua dengan kata "tidak". Ya, hidup di luar angkasa tak
semudah yang ada di pikiran kita. Boleh jadi teknologi semakin maju dan
ketiadaan oksigen di luar angkasa dapat diantisipasi. Tetapi bukankah tetap
saja, semuanya terbatas? Bagaimana bila kita telah sampai pada batas itu, batas
di mana kita dapat hidup dengan tenang di luar angkasa? Dalam batas inilah,
Ryan Stone (Sandra Bullock), mencoba untuk bertahan hidup agar dapat kembali ke
Bumi, sebagai satu-satunya awak yang tersisa dalam proyek reparasi salah satu
satelit NASA.
1. Sinopsis dan alur cerita
Insinyur biomedis Dr. Ryan Stone
menjalani misi antariksa pertamanya ditemani astronot veteran Matt Kowalski
yang memimpin ekspedisi terakhirnya. Saat sedang jalan-jalan di angkasa,
Mission Control di Houston memperingatkan Stone dan Kowalski bahwa serpihan
hasil uji anti-satelit Rusia beterbangan menabrak satelit-satelit lain,
sehingga menciptakan kehancuran berantai yang menghasilkan badai sampah besar
yang bergerak ke arah mereka. Serpihan tersebut merusak wahana antariksa
Explorer, menghancurkan sebagian besar wahananya, dan membuat mereka berdua
terjebak di luar angkasa dengan suplai udara yang terbatas. Satelit yang
menjembatani komunikasi antara kedua astronot dan Mission Control ikut hancur.
Stone lepas kendali setelah
terpisah dari lengan palka kargo Explorer. Kowalski menyelamatkan Stone dengan
ransel pendorong yang terpasang di baju astronotnya. Sambil terikat satu sama
lain, mereka kembali ke Explorer dan melihat kerusakannya terlalu masif dan
seluruh awak di sana tewas. Mereka memutuskan memakai ransel pendorong ke
Stasiun Luar Angkasa Internasional (ISS) yang letaknya dekat di orbit. Kowalski
memperkirakan mereka punya waktu luang 90 menit sebelum badai sampah
menyelesaikan orbitnya dan menghantam mereka.
Dalam perjalanan ke ISS, kedua
astronot membicarakan kehidupan Stone di Bumi dan kematian putrinya dalam
kecelakaan di halaman sekolah. Saat mereka mendekati ISS, mereka melihat awak
ISS telah dievakuasi menggunakan salah satu modul Soyuz dan wahana lainnya
rusak akibat badai sampah. Tanpa udara dan listrik, mereka berusaha berpegangan
pada benda apapun di ISS sambil menabraknya. Sebuah panel surya memutus tali
yang mengikat mereka berdua. Pada saat-saat terakhir, kaki Stone terbelit tali
parasut yang terhubung dengan Soyuz dan ia mampu memegang tali penghubung baju
Kowalski. Massa Kowalski mempertegang tali parasut yang membelit kaki Stone.
Menyadari bahwa ISS yang rusak ini tergeser terus dari orbitnya dan molekul
udaranya menciptakan drag besar bagi kedua astronot ini, Kowalski mengorbankan
dirinya supaya Stone bisa selamat. Ketika Kowalski terbang jauh, ia memberitahu
Stone melalui radio bahwa kerusakan Soyuz membuatnya tidak mungkin turun ke
Bumi dengan selamat, ia bisa menggunakannya untuk terbang ke Tiangong yang
diduga memiliki modul lain yang bisa diterbangkan ke Bumi.
Ketika Stone berusaha memisahkan
Soyuz dari stasiun, ia menyadari kabel parasutnya masih terikat dengan ISS. Ia
berjalan ke luar untuk membebaskan kapsulnya dan berhasil tepat sebelum badai
serpihan kembali dan menghancurkan stasiun luar angkasa. Stone meluruskan jalur
terbangnya ke Tiangong dan melihat bahwa tangki bahan bakarnya kosong. Karena
merasa terjebak, Stone menyerah. Alih-alih menunggu keracunan karbon dioksida,
ia berusaha bunuh diri secara perlahan dengan melakukan dekompresi kabin supaya
mengalami hipoksia tanpa perlu kesakitan. Saat ia mulai kehilangan kesadaran
akibat menipisnya oksigen, Stone melihat Kowalski di luar kapsul. Kowalski
memasuki kapsul dan memberitahunya untuk memakai roket pemulangan kapsul untuk
bergerak ke Tiangong. Ia lalu menghilang layaknya halusinasi. Stone
mengembalikan level oksigennya dan mengikuti sarannya untuk terbang ke stasiun
luar angkasa Cina.
Menyadari akan meleset beberapa
meter dari stasiun, Stone pun membuka palka Soyuz ketika kapsulnya masih
bertekanan dan ia terlempar jauh. Ia terbang ke Tiangong menggunakan tabung
racun api sebagai pendorong alternatifnya, kemudian masuk kapsul Shenzhou
ketika Tiangong mulai terbakar di lapisan atmosfer teratas karena tergeser dari
orbit stabilnya akibat badai serpihan satelit. Ketika ia turun ke Bumi, Stone
menangkap suara Mission Control melalui radio. Mereka melacak kapsulnya dan
mengirimkan tim penyeamat.
Shenzhou jatuh di sebuah danau
di wilayah tak berpenghuni. Saat kapsulnya tenggelam, Stone harus melepaskan
baju astronotnya dan berenang ke tepian. Sisa-sisa Tiangong dan serpihan satelit
lainnya tampak terbakar di atmosfer. Stone mencapai tepi danau dan berjalan
tertatih-tatih sambil menyesuaikan diri dengan gravitasi Bumi.
2. Pemeran
- Sandra Bullock sebagai Dr. Ryan Stone
- George Clooney sebagai Matt Kowalski
- Ed Harris sebagai Mission Control (suara)
- Orto Ignatiussen sebagai Aningaaq (suara)
- Paul Sharma sebagai Shariff (suara)
- Amy Warren sebagai Kapten Explorer (suara)
- Basher Savage sebagai Kapten Stasiun Luar Angkasa Rusia (suara)
3. Tema
Meski berlatar luar angkasa,
film ini memiliki cerita perjuangan bertahan hidup setelah kandas di alam liar
dan mengisahkan perubahan psikologis dan ketabahan pasca-bencana. Cuarón
menggunakan Stone untuk mengilustrasikan kekosongan pikiran, kegigihan,
pelatihan, dan improvisasi di hadapan isolasi dan konsekuensi hukum Murphy yang
mematikan.
Walaupun film ini tidak berusaha
menyaingi filosofi 2001: A Space Odyssey atau Solaris, Cuarón memunculkan
sejumlah adegan yang memperlihatkan Stone mengalami devolusi dengan meringkuk
seperti janin setelah masuk ISS dan berevolusi kembali dengan merangkak keluar
dari danau dan berdiri di tanah.
Film ini juga memakai tema-tema
spiritual seperti hilangnya makna kematian putri Ryan yang tidak disengaja,
keinginan untuk selamat di hadapan kematian yang mustahil terelakkan, dan
ketidakmungkinan untuk diselamatkan. Kekacauan terjadi namun tidak ada saksi
mata yang bisa memperkuat kesaksian astronot yang selamat.
Pengaruh adegannya dipertegas
dengan berpindah-pindah antara sudut pandang objektif dan subjektif, sisi
terang planet dan sisi gelap luar angkasa, badai serpihan mematikan yang acak
namun bisa ditebak, dan kesunyian angkasa yang hampa udara diiringi musik film.
Film ini memiliki beberapa
adegan yang direkam sangat lama tanpa gangguan untuk menarik perhatian penonton
dan diselingi oleh adegan-adegan klaustrofobik di dalam baju astronot dan
kapsul angkasa.
Cuarón juga terinspirasi oleh
film-film klasik luar angkasa lainnya dengan menetapkan Ed Harris sebagai
pengisi suara Mission Control (sama seperti perannya di Apollo 13), evokes
Sigorney Weaver’s vulnerable Ripley from Alien, serta penggunaan racun api di
luar angkasa dari WALL-E.
4. Pengembangan Produksi
Proyek ini dikembangkan di
Universal Pictures selama beberapa tahun, namun akhirnya dijual ke studio lain
dan diterima Warner Bros. Pada Februari 2010, proyek ini menarik perhatian
Angelina Jolie yang sebelumnya menolak ambil peran dalam sekuel Wanted.
Pada akhir Februari, ia
meninggalkan proyek, salah satu alasannya adalah studio tidak mau memenuhi
tarifnya sebesar $20 juta yang baru saja ia terima setelah membintangi dua film
terbarunya. Ia menerima $19 juta di untuk The Tourist dan lebih dari $20 juta
untuk Salt. Ia juga meninggalkan proyek ini karena akan terlibat sebagai
sutradara film perang Bosnia, In the Land of Blood and Honey. Pada bulan Maret,
Robert Downey, Jr. dipertimbangkan untuk dijadikan pemeran tokoh utama pria.
Pada pertengahan 2010, Marion
Cotillard menguji peran utama wanitanya. Pada Agustus 2010, Scarlett Johansson
dan Blake Lively juga ikut menguji tokoh utamanya. Bulan Septembernya, Cuarón
mendapat persetujuan dari Warner Bros. untuk menawarkan peran ini tanpa uji
layar kepada Natalie Portman yang mendapat pujian atas film terbarunya, Black
Swan. Portman meninggalkan proyek ini karena jadwalnya yang tabrakan. Warner
Bros. kemudian menawarkan peran ini kepada Sandra Bullock. Bulan November 2010,
Downey meninggalkan proyek ini untuk membintangi How to Talk to Girls, sebuah
proyek yang dikembangkan dan disutradarai Shawn Levy. Pada bulan Desember,
seiring masuknya Bullock sebagai pemeran utama, George Clooney menjadi
pengganti Downey.
Salah satu tantangan besar bagi
kru film adalah cara merekam adegan panjang di lingkungan tanpa gravitasi.
Akhirnya kru memutuskan memakai CGI untuk adegan jalan-jalan di angkasa dan
robot otomotif untuk memindah-mindahkan tokoh Bullock di dalam stasiun luar
angkasa. Ini berarti awal dan akhir rekamannya harus direncanakan sebelumnya
agar robotnya bisa diprogram terlebih dahulu.
5. Perekaman
Gravity memiliki anggaran
produksi sebesar $100 juta dan difilmkan secara digital. Fotografi utamanya
dimulai pada akhir Mei 2011. Adegan-adegan aslinya direkam di Pinewood dan
Shepperton Studios di Britania Raya dan efek visualnya ditangani TIm Webber di
Framestore London.
Efek 3D dirancang dan diurus
oleh Chris Parks. Sebagian besar efek 3D-nya dibuat melalui stereoskopi grafis
komputer di Framestore dan sisanya menjalani alih format di Prime Focus, London
dibantu Framestore. Pengurus efek di Prime Focus adalah Richard Baker.
Perekaman dimulai di London bulan Mei 2011.
Film ini memiliki sekitar 200
potongan adegan, sangat sedikit jika dibandingkan dengan kebanyakan film dengan
durasi seperti ini. Meski trailer pertamanya mengandung suara ledakan, Cuarón
mengonfirmasi bahwa adegan angkasa di filmnya tidak bersuara: “Mereka membuat
[suara] ledakan [di trailer-nya]. Setahu kami tidak ada suara di luar angkasa.
Kami tidak akan menambah suara di filmnya.”
Banyak adegan Bullock direkam
dengan cara memasukkannya ke sebuah rig mekanik raksasa. Masuk ke rig tersebut
memakan waktu sehingga Bullock memilih berada di dalamnya selama 9 sampai 10
jam sehari, berkomunikasi dengan kru di luar dengan headset. Pembuatan adegan
ini menurut Cuaron menjadi dasar tantangan terbesar bagi dirinya, yaitu membuat
studionya menarik dan tidak memunculkan rasa klaustrofobia. Kru film berusaha
mewujudkannya dengan membuat perayaan besar-besaran saat Bullock tiba di studio
setiap harinya. Mereka juga menjuluki rig ini “Sandy’s cage” dan memberinya
papan nama yang terang.
6. Musik untuk film Gravity
“Spiegel im Spiegel” yang
ditulis oleh komponis Estonia Arvo Pärt tahun 1978 dipakai di sebagian besar
trailer resminya.
Musik film Gravity digubah oleh
Steven Price. Album runut bunyinya dirilis secara digital pada 17 September
2013 dan secara fisik pada 1 Oktober 2013 oleh WaterTower Music. Pada tanggal 5
September 2013, potongan runut bunyi selama 23 menit dirilis di Internet.
7. Rilis
Gravity dirilis di teater 3D dan
IMAX 3D tanggal 4 Oktober 2013. Film ini rencananya dirilis tanggal 21 November
2012, namun dipindah ke tahun 2013 untuk merampungkan tahap pasca-produksinya.
8. Pendapatan
Laporan awal menyebut bahwa film
ini menghasilkan $40 juta pada hari pertamanya di Amerika Utara. Film ini
menghasilkan $1,4 juta pada pemutaran Kamis malam dan meroket menjadi $17,5
juta pada hari Jumatnya. Film ini menjadi langsung menjadi film pembuka Oktober
terbesar sepanjang masa dengan penghasilan $55,55 juta. Dari pendapatan kotor
akhir pekan pertamanya, 80 persennya berasal dari bioskop 3D dengan total $44
juta. Jumlah tadi sudah termasuk hasil pemutaran IMAX 3D sebesar $11,2 juta (20
persen dari total penghasilan), jumlah terbesar yang pernah diterima film yang
rilis perdananya menghasilkan lebih dari $50 juta.
9. Tanggapan kritikus
Gravity tayang perdana di 70th
Venice International Film Festival pada tanggal 28 Agustus dan mendapatkan
pujian universal dari para kritikus dan penontonnya. Mereka memuji akting,
pengarahan, skenario, sinematografi, efek visual, desain produksi, penggunaan
3D, dan musik gubahan Steven Price.
Agregator ulasan film Rotten
Tomatoes melaporkan bahwa 98% kritikus memberi ulasan yang positif untuk film
ini berdasarkan 217 ulasan dengan nilai “Certified Fresh” dan nilai rata-rata
9,1/10. Konsensus situsnya adalah: “Gravity besutan Alfonso Cuarón adalah film
tegang fiksi ilmiah yang mengerikan dan menegangkan yang disutradarai dengan
sangat cerdas dan memiliki visual yang menakjubkan”.
Di Metacritic, film ini
mendapatkan skor 96 dari 100 (“pujian universal”) berdasarkan 47 ulasan.
Pemungutan suara CinemaScore yang diadakan pada minggu pertama rilisnya
menghasilkan nilai A- dalam skala A+ sampai F.
Di Variety, Justin Chang
berpendapat bahwa film ini “mengembalikan rasa takjub, teror, dan harapan ke layar
lebar yang bisa membuat para kritikus dan penonton di seluruh dunia terpesona”.
Richard Corliss dari Time menyatakan bahsa, “Cuarón menunjukkan hal-hal yang
tidak mungkin terjadi namun bisa terjadi di langit hampa yang menakutkan
sekaligus indah di atas kita. Jika film-film masa lampau sudah terabaikan,
Gravity memperlihatkan kejayaan masa depan sinema kepada kita. Film ini begitu
menegangkan dalam berbagai tingkatan. Karena Cuarón adalah visioner perfilman
yang paling disegani, Anda tidak akan bosan melihat filmnya.”
Ia juga mengatakan bahwa,
“Selain teknologi, Cuarón memainkan sudut pandang dengan berani dan cerdas:
dalam satu adegan Anda berada di dalam helm Ryan ketika ia menjelajahi alam
tanpa suara, lalu dengan perpindahan yang halus Anda sudah berada di luar untuk
melihat reaksi Ryan. Efek 3D-nya, yang ditambahkan dalam proses pascaproduksi,
memiliki pengaruh luar angkasanya sendiri: badai serpihan mengarah ke Anda
ditambah kesadaran si astronot bahwa ia benar-benar sendirian di luar angkasa.”
Film ini dipuji oleh sutradara
James Cameron yang mengatakan, “Aku rasa inilah fotografi angkasa terbaik yang
pernah dilakukan. Aku pikir inilah film angkasa terbaik yang pernah dibuat dan
inilah film yang kutunggu-tunggu dari dulu”.
10. Penghargaan
Di luar penghargaan dalam Oscar
2014, film ini memenangkan “Future Film Festival Digital Award” di 2013 Venice
Film Festival. Sandra Bullock dianugerahi “Best Actress Award” di 2013
Hollywood Film Festival atas “penampilannya yang luar biasa di Gravity” dan “pemeranan
berlapisnya yang mengesankan dan emosional yang lagi-lagi membuktikan bahwa ia
adalah salah satu aktris paling disegani dan ternama di Hollywood.”
11. Akurasi ilmiah
Film ini dipuji karena realisme
ceritanya dan secara keseluruhan mematuhi prinsip-prinsip fisika meski ada
beberapa adegan yang kurang akurat dan berlebihan.
Teleskop Antariksa Hubble (HST),
yang pada awal film terlihat sedang diperbaiki, memiliki orbit 350 mil di atas
Bumi. ISS memiliki orbit elips 220 mil di atas Bumi, sedangkan satelit
komunikasi (yang dihancurkan oleh serpihan satelit Rusia) mengorbit di
ketinggian 22.500 mil. Karena itu mustahil berpindah dari orbit Hubble ke ISS
dengan Manned Maneuvering Unit. Selain itu, badai serpihannya tidak akan
menabrak satelit komunikasi maupun HST. Sutradara mengakui bahwa film ini tidak
akurat secara ilmiah dan ada sejumlah improvisasi supaya alur ceritanya lengkap.
Overall, Gravity adalah film yang memuaskan. Ini bukan
hanya sebuah parade visual ruang angkasa yang indah dan mengagumkan, namun juga
merupakan sebuah petualangan yang tahu cara tepat dalam bercerita, sebuah
kompleksitas dari perjuangan sederhana yang dibangun dalam keanggunan yang
memikat. Ya, bahkan untuk kualitas blu-ray sekalipun saya masih ragu film ini
akan dapat memberikan sebuah pengalaman sinematik yang sama baiknya. Wajib di
layar lebar, bahkan 3D. Gravity, this year's Life of Pi.
Memang,
film-film yang bercerita tentang proses bertahan hidup seperti ini akan
membosankan bagi mereka yang menikmati film dari segi alur, bagi mereka yang
menyukai film dengan latar yang beragam dan tokoh yang banyak seperti film-film
kolosal, action, atau fantasi. Tetapi terlepas dari itu semua, dari segi
tokoh, penokohan, dialog antar tokoh, monolog, sinematografi dan aspek sonor,
film ini memang layak diacungi jempol dan wajib untuk ditonton.
Referensi
Tidak ada komentar:
Posting Komentar