Rabu, 30 Oktober 2013

Tulisan 5 Softskill (Perilaku Konsumen)



KEPRIBADIAN DAN GAYA HIDUP 

Berdasarkan penelitian, motivasi dari setiap manusia dapat dijelaskan dengan pendekatan kepribadian. Namun, beberapa peristiwa seperti, kekacauan sosial, konflik masa kanak-kanak, dll. hanya dapat dijelaskan dengan menggunakan pendekatan gaya hidup (life style). Dalam merencanakan program pemasaran, mulai dari perancangan produk hingga pendistributian kepada pemakai akhir, faktor kepribadian dan gaya hidup juga digunakan.

A.  Kepribadian Dan Perilaku Konsumen

Ada beberapa faktor yang mempengaruhi perilaku konsumen, salah satunya adalah faktor psikologi pembeli dari segi kepribadiannya. Banyak sekali pendapat mengenai pengertian kepribadian. Menurut psikologi modern, kepribadian adalah organisasi yang dinamis dari sistem psikofisis individu yang menentukan penyesuaian dirinya terhadap lingkungannya secara unik.

Ada 3 faktor yang mempengaruhi pembentukan kepribadian, yaitu:

1.    Keturunan   : faktor-faktor yang ditentukan saat pembuahan, misalnya:     sosok fisik, daya tarik wajah, kelamin, temperamen, dll.
2.    Lingkungan : faktor-faktor yang dipengaruhi oleh budaya, norma keluarga,   teman-teman, kelompok sosial, dan pengaruh lain yang pernah dialami.
3.    Situasi        : tuntutan situasi berlainan yang menimbulkan aspek-aspek lain dari kepribadian seseorang karena pada umumnya, kepribadian individu itu mantap dan konsisten.

Dari penjelasan batasan kepribadian, ada 4 hal penting mengenai sifat Kepribadian yaitu: (1) dinamis atau selalu berubah-ubah, (2) organisasi sistem
(kepribadian itu suatu kesuluruhan yang bulat), (3) psikofisis (gabungan sifat fisik dan psikis), dan (4) unik (setiap individu tidak sama).

Selain berdasarkan uraian di atas, untuk memahami karakteristik kepribadian konsumen, pemasar juga harus mengetahui segi-segi dari kepribadian. Hal itu dikarenakan adanya hubungan yang sangat kuat antara jenis kepribadian dan pilihan produk. Segi-segi kepribadian itu adalah sebagai berikut:

1)    Self: taksiran perkiraan dan perasaan akan siapa dia? apa dia? dan di mana dia?
2)   Personality Traits: kecenderungan mengevaluasi sesuatu sebelum bertindak.
3)   Kecerdasan: kemampuan, kecepatan berfikir, kesanggupan memutuskan sesuatu serta kesanggupan menghimpunn data sebelum menarik kesimpulan.
4)   Appearance and Impressions
5)   Kesehatan: kesehatan jasmani dan rohani
6)   Tinggi, berat dan bentuk Badan
7)   Sikap terhadap orang lain: sikap ini mencerminkan sikap terhadap diri sendiri,.
8)   Knowledge: semakin tinggi pengetahuan seseorang, maka dia akan semakin mantap dan berhati-hati dalam mengambil keputusan.
9)   Skills: kecakapan yang mempengaruhi pandangan orang lain sekaligus pandangan kita terhadap diri kita.
10) Nilai: karakter
11)  Emotional tone and control: temperamen yang menggambarkan nada emosi pada seseorang.
12) Peranan


B.  Karakteristik Pribadi yang Mempengaruhi Perilaku Konsumen

Keputusan pembeli dalam memilih barang dipengaruhi oleh beberapa karakteristik, seperti, umur dan tahap daur hidup, pekerjaan, situasi ekonomi, serta kepribadian.

C.  Teori-teori Kepribadian

1)  Teori psychoanalitis
Teori yang dipelopori Sigmund freud ini menunjukkan bahwa perilaku manusia dikuasai oleh personalitasnya atau kepribadiannya. Teori psikoanalitis menekankan pada sifat-sifat kepribadian yang disadari sebagai hasil dari konflik masa kanak-kanak. Konflik itu diturunkan menjadi 3 komponen kepribadian sebagai berikut:

a.  Id (libido)
Id adalah sumber kekuatan yang dibawa sejak lahir yang mengendalikan perilaku dan merupakan sub sistem dari kepribadian. Sumber kekuatan ini selalu mengarahkan perilaku untuk mencapai kesenangan dan menghindari penderitaan. Id merupakan upaya untuk memperoleh kesenangan, penghargaan, dan pemuasan yang diwujudkan lewat libido dan agresi. Libido mengarah pada hubungannya dengan keinginan seksual dan kesenangfan serta kehangan dan makanan. Sedangkan agresi mengacu pada kerusakan termasuk perang, berkelahi dan berkuasa.

b.  Ego  
Ego sumber rasa sadar yang mewakili logika dan dihubungkan dengan prinsip realitas. Ego merupakan sub sistem yang berfungsi melayani dan mengendalikan dua sistem lainnya dengan cara interaksi dengan dunia luar. Ego adalah perantara Id yang memberikan reaksi terhadap keinginan Id dengan mempertimbangkan terlebih dahulu apakah keinginan itu dapat memuaskan atau tidak.

c.   Superego
Superego adalah pengekang Id yang menekan gejolak nafsu yang ada pada manusia. Superego tidak mengatur Id, tapi memberikan hukuman terhadap perilaku yang tidak dapat diterima dengan menciptakan rasa bersalah. Superego adalah motivasi untuk bertindak secara bermoral. Superego menetapkan suatu norma yang melandasi ego memutuskan apakah sesuatu itu benar atau salah. Kesadaran dalam superego diterapkan melalui penyerapan nilai-nilai cultural dan moral masyarakat. Oleh karena itu, orang tua menjadi faktor penting dalam pengembangan superego anak-anak.

2)  Teori sosial

Dari teori sosial, kepribadian dijelaskan dengan perilaku yang konsisten memperlihatkan hubungan orang-orang dengan situasi sosial. Dalam pandangan teori ini, setiap orang berperilaku sesuai dengan tuntutan sosial. Dalam sebuah penelitian, ditemukan bahwa iklan produk seperti pencuci mulut dan sabun selalu dikaitkan dengan hubungan sosial karena pesan iklan tersebut selalu menggambarkan agar seseorang dapat diterima dalam pergaulan sosial.

3)  Teori konsep diri

Dalam pandangan teori konsep diri, manusia mempunyai pandangan persepsi atas dirinya sendiri. Sehingga, setiap individu menjadi subjek dan objek persepsi.konsep diri yang dimiliki individu adalah penilaian-penilaian terhadap dirinya yang berhubungan dengan sifat-sifat seperti, bahagia, keberuntungan, modern, praktis, dll. Secara umum, konsep diri diatur berdasarkan dua prinsip, yaitu keinginan mencapai konsistensi dan keinginan meningkatkan harga diri (self esteem).
·         Konsep actual self (diri yang sebenarnya) yang diterapkan dalam pemasaran menyatakan bahwa pembelian yang dilakukan konsumen dipengaruhi oleh konsep yang dimiliki oleh orang itu sendiri.
·         konsep ideal self (dirinya yang ideal) yang berhubungan dengan self esteem merupakan sifat positif terhadap dirinya sendiri.

Selain dua konsep tersebut, terdapat konsep yang disebut dengan extended self (diri yang diperluas). Konsep ini menjelaskan bahwa tidak hanya citra diri kita yang mempengarui pemilihan produk, akan tetapi, produk yang dipilih juga memberikan pengaruh terhadap diri kita. Terdapat empat level extended self yang digunakan konsumen untuk mendefinisikan diri mereka, yaitu:

a.    Level individu: apa yang seseorang miliki, maka itulah indentitasnya, misalnya: perhiasan, jam tangan, pakaian, dll.
b.    Level keluarga: keluarga merupakan bagian dari identitas diri konsumen. Rumah dan perabotannya yang menjadi simbol keluarga juga menjadi identitas konsumen.
c.    Level komunitas: tetangga, lingkungan perumahan, dan asal daerah juga sudah umum untuk dijadikan identitas.
d.    Level kelompok: keterikatan terhadap kelompok sosial dapat menjadi dasar identitas atau bagian dari kelompok itu.

4)  Teori Sifat / Ciri (Trait Theory)

Trait adalah setiap karakteristik yang berbeda yang berbeda antara satu dan lainnya serta bersifat relatif permanen dan konsisten. Pendekatan kepribadian teori ini berusaha mengkuantitatifkan karakteristik-karakteristik yang dimiliki oleh seseorang. Ada beberapa ciri spesifik yang sesuai dengan perilaku konsumen, yaitu, innovativeness (keinginan mencoba sesuatu yang baru), materialism (keinginan memperoleh atau memiliki produk sebanyak-banyaknya), need cognition (usaha memikirkan sesuatu yang menimbulkan usaha memikirkan informasi merek).

D.  Dimensi Kepribadian

Berdasarkan riset yang mengesankan, terdapat lima dimensi yang mendasari semua dimensi lain. Pemasar harus mengetahu lima dimensi berikut agar dapat mengkategorikan sasaran pemasannya ke dalam dimensi tersebut sehingga, perusahan menciptakan produk-produk yang sesuai dengan kepribadian konsumen. Dimensi-dimensi tersebut ialah:

1)  Ekstraversi
Dimensi kepribadian yang mencirikan seseorang yang senang bergaul, banyak bicara, dan tegas.

2)  Sifat menyenangkan
Dimensi kepribadian yang mencirikan seseorang yang baik hati, kooperatif, dan mempercayai.

3)  Sifat mendengarkan kata hati
Dimensi kepribadian yang mencirikan seseorang yang bertanggung jawab, tekun, dan berorientasi prestasi.

4)  Kemantapan emosional
Dimensi kepribadian yang mencirikan seseorang yang tenang, bergairah, terjamin (positif), lawannya, tegang, gelisah, murung dan tak kokoh (negatif).

5)   Keterbukaan terhadap pengalaman
Dimensi kepribadian yang mencirikan seseorang yang imajinatif, peka, dan intelektual.

E.  Gaya Hidup

Gaya hidup secara luas diidentifikasikan sebgai cara hidup yang ditandai oleh bagaimana orang menghabiskan waktu mereka (aktivitas), apa yang mereka anggap penting dalam lingkungannya, dan apa yang mereka pikirkan tentang diri mereka sendiri serta dunia di sekitarnya (pendapatnya). Gaya hidup merupakan sebuah identitas kelompok. Gaya hidup sangat relevan dengan usaha pemasar menjual produknya. Perubahan gaya hidup kelompok akan berdampak luas pada berbagai aspek konsumen. Di Amerika telah terjadi beberapa perubahan gaya hidup yang mungkin juga akan terjadi di Indonesia, diantaranya:

1)    Perubahan peran pembelian antara pria dan wanita.
2)   Mempunyai perubahan besar pada masalah kesehatan dan gizi.
3)   Lebih menyadari diri sendiri.
4)   Gaya hidup yang konservatif dan lebih tradisional di antara baby boomer dan baby buster.
5)   Meningkatnya penekanan pada kesenjangan hidup.
6)   Kesadaran lingkungan yang lebih besar.

F.  Nilai dan Gaya Hidup

Gaya hidup ditunjukkan oleh perilaku masyarakat yang menganut nilainilai dan tata hidup yang hampir sama sebagai refleksi dari nila-nilai itu sendiri. Untuk memahami gaya hidup masyarakat diperlukan program atau instrument untuk mengukur perkembangannya. SRI International telah mengembangkan program yang disebut VALS1 (value and life style 1) untuk mengukur gaya hdup ditinjau dari aspek nilai cultural yaitu :
(1) outer directed, yang merupakan gaya hidup konsumen yang jika membeli suatu produk harus sesuai dengan nilai-nilai dan norma tradisional yang telah terbentuk. Konsumen ini merupakan konsumen terbesar di Amerika yang mencapai 68%,

(2) inner directed, yaitu konsumen yang membeli produk untuk memenuhi keinginan dalam dirinya untuk memiliki sesuatu dan tidak terlalu memikirkan norma-norma budaya yang berkembang. Kelompok kedua ini berusaha keras untuk mengekspresikan dirinya.

(3) need driven, yaitu konsumen yang membeli sesuatu didasarkan atas kebutuhan dan bukan keinginan berbagai pilihan yang tersedia. SRI kemudian memperbaiki program VALS1 dengan VALS2 yang mengidentifikasi delapan kelompok konsumen dengan definisi nilai yang terkandung didalamnya:

Actualizer: mempunyai pendapatan yang paling tinggi dan harga diri yang tinggi. Mereka membeli produk dengan tujuan mencapai yang terbaik dalam hidup.

Fulfilleds: berpendapatan tinggi, bertanggung jawab, berpendidikan tinggi dan terbuka pada perubahan.

Believers: tidak berpendapatan tinggi dan hidup lebih tradisional daripada fulfilleds. Hidup bersosial dan menghargai peraturan.

Achiever: focus pada karir dan keluarga, hidup sosial formal, dan tidak berlebihan.

Striver: minat sempit, mudah bosan, agak terkucil, ingin dihargai, tidak peduli kesehatan dan politik.

Struggeler: minat dan kegiatan terbatas, kesehatan bermasalah, konservatif dan tradisional, setia pada agama.

Experience: senang hal baru, aneh dan beresiko, sporty, kagum akan kekayaan dan kekuasaan.

Maker: menikmati alam, menghindari orang, mencemooh politisi, konglomerat.

G.  Menggunakan Karakteristik Gaya Hidup dalam Strategi Pemasaran

1. Segmentasi pasar sasaran
contoh :
Pada produk susu mengidentifikasi beberapa kelompok gaya hidup konsumen, yaitu :
Konsumen yang menginginkan kesehatan dan kebutuhan gizinya terpenuhi Kelompok konsumen yang sangat memperhatikan kandungan kadar lemak susu karena takut kegemukan,Konsumen yang mengkonsumsi karena kebiasaan saja
Berdasarkan ke tiga kelompok ini muncul dua produk yaitu: Produk dengan kadar lemak dan kandungan gizi yang normal yang diperuntukkan kelompok ke satu dan ke tiga. Jenis produk kedua yaitu susu yang mempunyai kadar lemak yang rendah.

2. Membantu dalam memposisikan produk di pasar dengan menggunakan iklan
3. Pemasar dapat menempatkan iklan produknya pada media-media yang paling cocok
4. Pemasar bisa mengembangkan produk sesuai dengan tuntutan gaya hidup mereka

H.  Referensi :
            afi5sa.files.wordpress.com/.../kepribadian




Selasa, 22 Oktober 2013

Tulisan 4 Softskill (Perilaku Konsumen)



Motivasi Dan Keterlibatan 

I. Motivasi
·       suatu dorongan dari dalam yang di arahkan pada pemenuhan kebutuhan yang diaktifkan (suatu proses yg menyebabkan orang berperilaku tertentu).

·         Menurut American Encyclopedia, motivasi adalah kecenderungan dalam diri seseorang yang membangkitkan topangan dan tindakan. Motivasi meliputi factor kebutuhan biologis dan emosional yang hanya dapat diduga dari pengamatan tingkah laku manusia.

·        Menurut Merle J. Moskowits, motivasi secara umum didefinisikan sebagai insiasi dan pengarahan tingkah laku dan pelajaran motivasi sebenarnya merupakan pelajaran tingkah laku.                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                           
   Dapat disimpulkan bahwa motivasi adalah, pemberi daya penggerak yang menciptakan kegairahan seseorang agar meeka mau bekerjasama, bekerja efektif, dan terintegrasi dengan segala upayanya untuk mencapai kepuasan.

·      Menurut Wells dan Prensky (1996), motivasi sebagai titik awal dari semua perilaku konsumen, yang merupakan proses dari seseorang untuk mewujudkan kebutuhannya serta memulai melakukan kegiatan untuk memperoleh kepuasan. Sedangkan Schiffman dan Kanuk (1994) menyatakan bahwa motivasi sebagai kekuatan dorongan dari dalam diri individu yang memaksa mereka untuk melakukan tindakan. Kekuatan dorongan tersebut dihasilkan dari suatu tekanan yang diakibatkan oleh belum atau tidak terpenuhinya kebutuhan, keinginan dan permintaan. Kemudian bersama-sama dengan proses kognitif (berfikir) dan pengetahuan yang sebelumnya didapat, maka dorongan akan menimbulkan perilaku untuk mencapai tujuan atau pemenuhan kebutuhan.

·           Dengan demikian, jika seseorang mempunyai motivasi yang tinggi terhadap obyek tertentu, maka dia akan terdorong untuk berperilaku menguasai obyek tersebut. Sebaliknya jika motivasinya rendah, maka dia akan mencoba untuk menghindari obyek yang bersangkutan. Implikasinya dalam pemasaran adalah kemungkinan orang tersebut berminat untuk membeli produk/merek yang ditawarkan pemasar atau tidak.


1.  Dinamika Proses Motivasi

Kebutuhan yang diaktifkan akhirnya menjadi diekspresikan dalam perilaku dan pembelian dan konsumsi dalam bentuk dua jenis manfaat yang diharapkan, yaitu manfaat utilitarian, dan manfaat hedonik / pengalaman.

Manfaat utilitarian merupakan atribut produk fungsional yang objektif. Manfaat hedoik, sebaliknya, mencakupi respons emosional, kesenangan panca indera, mimpi, dan pertimbangan estetis (Hirschman & Holbrook, 1982). Kriteria yang digunakan sewaktu mempertimbangkan manfaat hedonik bersifat subjektif dan simbolik, berpusat pada pengertian akan produk atau jasa demi pengertian itu sendiri terlepas dari pertimbangan yang lebih objektif. Kedua manfaat menjadi diekspresikan sebagai kriteria evaluatif yang digunakan di dalam proses pertimbangan dan penyeleksian alternatif terbaik.

Agar pemberian motivasi berjalan dengan lancar, maka harus ada proses motivasi:
1. Tujuan : perusahaan harus bisa menentukan terlebih dahulu tujuan yang ingin dicapai.
2. Mengetahui kepentingan : perusahaan harus bisa mengetahui keinginan konsumen tidak hanya dilihat dari kepentingan perushaan semata.
3. Komunikasi efektif : melakukan komunikasi dengan baik terhadap konsumen agar konsumen dapat mengetahui apa yang harus mereka lakukan dan apa yang bisa didapatkan.
4. Integrasi tujuan : proses motivasi perlu untuk menyatukan tujuan perusahaan dan tujuan kepentingan konsumen.
5. Fasilitas : perusahaan memberikan fasilits agar konsumen mudah mendapatkan barang dan jasa yang dihasilkan oleh perusahaan.

2.  Tujuan Motivasi Konsumen

Adapun tujuan motivasi konsumen, yaitu, meningkatkan kepuasan, mempertahankan loyalitas, efisiensi, efektivitas,  menciptakan suatu hubungan yang harmonis antara produsen atau penjual dengan pembeli atau konsumen.

3.  Asas-asas Motivasi

Asas Mengikutsertakan : memberikan kesempatan bawahan untuk  berpartisipasi mengajukan ide/saran dalam pengambilan 

Asas Komunikasi  : menginformasikan tentang tujuan yang ingin dicapai, cara mengerjakannya & kendala yang dihadapi

Asas Pengakuan  : memberikan penghargaan & pengakuan yang tepat serta wajar kepada bawahan atas prestasi yang dicapainya

Asas Wewenang yang Didelegasikan : mendelegasikan sebagian wewenang  serta kebebasan karyawan untuk mengambil keputusan dan berkreativitas dan melaksanakan tugas-tugas atasan atau  manajer

Asas Perhatian Timbal Balik : memotivasi bawahan dengan mengemukakan keinginan atau harapan perusahaan disamping berusaha memenuhi kebutuhan-kebutuhan yang diharapkan bawahan dari perusahaan

4.  Kebutuhan Dan Tujuan Dalam Konteks Perilaku Konsumen

Kebutuhan adalah suatu pembatas antara apa yang diharapkan dengan apa yang terjadi sebenarnya. Kebutuhan muncul karena konsumen merasakan ketidaknyamanan (state of tension) antara yang seharusnya dirasakan dan yang sesungguhnya dirasakan.  Adapun faktor-faktor yang mendorong munculnya kebutuhan tersebut, yaitu:

1. Faktor Dalam (biologis & fisiologis) : rasa lapar dan haus
2. Faktor Luar (lingkungan) : aroma makanan

Kebutuhan juga dapat diklasifikasikan menjadi beberapa jenis, yaitu:

1. Kebutuhan Primer yaitu untuk mempertahankan kelangsungan hidup
          2.Kebutuhan Skunder yaitu sebagai reaksi terhadap lingkungan dan  budayanya

Kebutuhan yang dirasakan (felt needs), yaitu kebutuhan yang dibedakan berdasarkan kepada manfaatnya, antara lain: kebutuhan utilitarian (utilitarian needs), yaitu berdasarkan kepada manfaat fungsional dan karakteristik. Sedangkan, kebutuhan hedonik (ekspresive), yaitu berdasarkan sifat psikologis seperti rasa puas, emosi dan gengsi. Tujuan ada karena adanya kebutuhan, artinya untuk memenuhi kebutuhan konsumen harus memiliki tujuan akan tindakannya.

5.    Hirarki Kebutuhan Maslow

1.  Fisiologi : Makanan, minuman, tempat tinggal
    dan sembuh dari rasa sakit
2. Keamanan dan Keselamatan : Kebutuhan untuk kemerdekaan dari ancaman
3. Rasa memiliki, Sosial & Kasih sayang
4. Penghargaan : kebutuhan atas harga diri
5. Aktualisasi diri : Kebutuhan untuk memenuhi diri seseorang
    melalui memaksimumkan penggunaan kemampuan, keahlian & potensi.

6.  Teori-teori Kebutuhan

Selain teori kebutuhan Maslow ada beberapa teori kebutuhan lainnya :

1.Teori Dua Faktor Herzberg
   A. Ekstrinsik : Upah, Keamanan kerja, Kondisi kerja, Status, Prosedur    perusahaan
   B. Intrinsik  : Pencapaian prestasi, Tanggung jawab, Kemajuan, Pekerjaan itu sendiri, Kemungkinan berkembang

2. Teori Engel
menyatakan bahwa semakin sejahtera seseorang maka semakin kecil persentase pendapatannya untuk membeli makanan.
McClelland mengembangakan suatu teori motivasi yang disebut dengan McClelland’s Theory of Learned Needs.

3. Teori McClelland
1.     Kebutuhan Untuk Sukses  (achievement) à Aktualisasi diri dan ego
2.     Kebutuhan Afiliasi (Affiliation) à Hubungan sosial dan rasa aman
3.     Kebutuhan Kekuasaan (Power) à Aktualisasi diri dan ego 

7.  Kelemahan Dan Keunggulan Teori Maslow

Jenjang pertama adalah kebutuhan dasar seperti udara, air, makanan, pakaian, istirahat dan kebutuhan dasar lainnya.

Jenjang kedua adalah rasa aman- jaminan kerja, jaminan kesehatan, jaminan keamanan dari pencurian, dan jaminan keamanan lainnya.

Jenjang ketiga, adalah cinta atau kasih, yaitu rasa dicintai dan dimiliki oleh keluarga.

Jenjang keempat adalah 'esteem', yaitu harga diri, rasa percaya diri, penghargaan dari orang lain atas prestasi yang dicapai.

Jenjang kelima adalah aktualisasi diri, yaitu kondisi di mana orang bisa berkreasi, memecahkan masalah, menerima fakta apa adanya, dan menerima kondisi orang lain.

Teori Motivasi Maslow mengatakan bahwa bila seseorang sudah mendapatkan kebutuhan dasar (jenjang pertama), maka ia tidak akan termotivasi melakukan sesuatu kalau motivatornya adalah kebutuhan dasar; ia hanya termotivasi kalau motivatornya adalah kebutuhan jenjang-kedua. Bila kebutuhan lapisan kedua terpenuhi, ia tidak akan termotivasi mengerjakan sesuatu kalau motivatornya adalah kebutuhan jenjang-kedua. Demikian seterusnya sampai seseorang mencapai kebutuhan yang paling tinggi, yaitu aktualisasi diri.

Kelihatannya Teori Motivasi Maslow benar. Fakta-fakta di lapangan seolah-olah menunjukkan demikian. Namun, apakah kebutuhan manusia berjenjang seperti yang disodorkan oleh Maslow? Apakah orang yang telah mendapat kebutuhan dasar tidak lagi termotivasi mengerjakan sesuatu kecuali motivatornya adalah kebutuhan jenjang kedua? Dalam kalimat lain, apakah rasa percaya diri tergantung kepada terpenuhinya kebutuhan dasar dan rasa nyaman? Apakah orang harus melalui 4 jenjang kebutuhan agar bisa beraktualisasi diri?

Tidak dapat disangkal bahwa ketersediaan kebutuhan dasar atau rasa aman bisa membantu rasa percaya diri seseorang. Bila seseorang telah berprestasi, mencapai posisi tinggi dalam kariernya, atau mendapat penghargaan atas jasa-jasa yang ia lakukan- ini bisa menolong membangun rasa percaya dirinya. Seseorang bisa merasa memiliki eksistensi kalau punya uang banyak, bergelar atau berprestasi.

Namun demikian, ada kelemahan pada Teori Motivasi Maslow. Pengertian tentang kebutuhan yang berjenjang tidak tepat. Kebutuhan manusia tidak perlu dikategorikan ke lima jenjang kebutuhan. Tidak perlu ada 'kasta' kebutuhan. Manusia terdiri dari tubuh dan jiwa. Ada kebutuhan jasmani; ada kebutuhan rohani. Tubuh membutuhkan udara, makanan, air, istirahat dan ini memang diperlukan untuk menjaga agar tubuh bisa berfungsi dengan baik. Kekurangan nutrisi bisa mengakibatkan tubuh lemah. Cobalah tidak mendapatkan nutrisi yang cukup, tidak akan lama tubuh Anda lemah, muka bisa pucat, badan lemas, dan tubuh tidak dapat melakukan pekerjaan sehari-hari bahkan bisa sakit. Pikiran butuh 'makanan pikiran.' Hati, jiwa dan pikiran memerlukan nutrisi rohani seperti tubuh membutuhkan makanan yang bergizi.

Namun demikian, bukan hanya tubuh yang memerlukan nutrisi. Jiwa juga memerlukan nutrisi yang baik agar aspek rohani manusia dapat berfungsi dengan baik. Pikiran butuh 'makanan pikiran.' Hati, jiwa dan pikiran memerlukan nutrisi rohani seperti tubuh membutuhkan makanan yang bergizi. Cobalah tidak mengisi pikiran atau jiwa Anda dengan makanan rohani, maka tidak akan lama jiwa Anda lelah; hati resah. Anda akan mudah mengeluh, mudah frustasi, gampang emosi, dan sering mengkritik orang lain hanya karena kesalahan-kesalahan remeh. Kita tidak akan bisa beraktulisasi diri seperti yang disarankan Teori Motivasi Maslow.
Sosok-sosok yang memberikan pencerahan pikiran, yang bisa mengisi pikiran dan jiwa kita akan menolong kita. Sebut saja seperti pastor, pendeta, kiyai, ustad atau motivator- sosok-sosok seperti ini sangat diperlukan. Contoh yang lebih dekat adalah Mario Teguh, yang telah mengisi pikiran dari ribuan, mungkin ratusan ribu bahkan jutaan orang Indonesia di seluruh dunia.

Tubuh dan jiwa saling berkaitan. Keduanya tidak dapat dipisahkan bila manusia mau disebut utuh. Kelemahan dalam tubuh bisa mempengaruhi jiwa; kekurangan dalam jiwa pasti akan mempengaruhi tubuh.

Tubuh dan jiwa saling berkaitan. Keduanya tidak dapat dipisahkan bila manusia mau disebut utuh. Kelemahan dalam tubuh bisa mempengaruhi jiwa; kekurangan dalam jiwa pasti akan mempengaruhi tubuh. Tetapi, jiwalah yang memimpin tubuh, bukan tubuh yang memimpin jiwa. Oleh sebab itu, kesehatan jiwa lebih utama dari pada kesehatan tubuh. Ini tidak berarti bahwa kesehatan tubuh dapat diabaikan. Baik aspek rohani maupun jasmani harus berada dalam keseimbangan. Namun, bila mau diurut, memelihara jiwa harus didahulukan dari pada memelihara tubuh. Bila jiwa kita bisa bebas dari ikatan-ikatan yang bersifat phisik, kita bisa beraktualisasi diri. Tidak perlu orang menunggu kebutuhan dasar, rasa aman, perasaan cinta, dan percaya diri terpenuhi agar bisa beraktualisasi diri seperti yang dianjurkan oleh Teori Motivasi Maslow. Kita bisa beraktualisasi diri karena jiwa kita merdeka dari keinginan-keinginan phisiknya.

Benarlah perkataan kuno yang mengatakan, "Kalau orang mengisi hati dan jiwanya dengan keadilan dan kebenaran, maka kebutuhan lainnya akan ditambahkan." Dengan kata lain, bila hati dan pikiran sehat, kebutuhan jenjang pertama sampai yang keempat tidak perlu dikuatirkan. Namun, banyak di antara kita memilih yang sebaliknya. Kebutuhan phisik diutamakan sedangkan kebutuhan jiwa diabaikan. Tidak heran kalau banyak orang yang memiliki motivasi rendah sekalipun kebutuhan mendasar, rasa aman, rasa cinta dan harga diri terpenuhi. Kita perlu merdeka dari ikatan kebutuhan-kebutuhan jasmani kita.

8.  Penelitian Motivasi

Sebagai contoh, seorang mahasiswa perguruan tinggi yang sedang belajar untuk ujian akhir mengatakan kepada teman sekamarnya, “saya haus.” Pertama, ia merasakan ketidaknyamanan (kebutuhan yang dirasakan) yang dikenali sebagai rasa haus. Ini mengaktifkan kebutuhan yang meyebabkan dorongan. Sekaleng coca cola (minuman favoritnya) dari mesin di aula merupakan insentif, dan ia bertindak sesuai dengannya.


II. Keterlibatan
Keterlibatan adalah tingkat kepentingan pribadi yang dirasakan dan atau minat yang dibangkitkan oleh stimulus di dalam situasi spesifik hingga jangkauan kehadirannya, konsumen bertindak dengan sengaja untuk meminimumkan resiko dan mamaksimumkan manfaat yang diperoleh dari pembelian dan pemakaian. 

Keterlibatan mengacu pada persepsi konsumen tentang pentingnya arau relevansi personal suatu objek, kejadian, atau aktivitas. Konsumen yang melihat bahwa produk yang memiliki konsekuensi relevan secara pribadi dikatakan telibat dengan produk dan memiliki hubungan dengan produk tersebut.
 
1.  Fokus Keterlibatan

Beberapa konsumen terlihat dengan kegiatan yang berkaitan dengan pemasaran seperti mengumpulkan kupon diskon, belanja pakaian, mencari harga terendah, atau tawar menawar dengan penjual. Adalah penting bahwa pemasar dengan jelas mengidentifikasikan focus keterlibatan konsumen. Pemasar perlu mengetahui dengan cepat apa yang disebut sebagai relevan secara pribadi oleh konsumen : produk / merek, objek, perilaku, kejadian, situasi, lingkungan, atau beberapa bahkan semua hal diatas. Karena sebagian besar pemasar tertarik dengan keterlibatan konsumen dengan produk dan merek.

2.  Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Keterlibatan

Relevansi Pribadi Intrinsik Mengacu pada pengetahuan arti akhir konsumen yang disimpan dalam ingatan. Konsumen mendapatkan pengetahuan arti-akhir ini melalui pengalaman masa lalu mereka terhadap suatu produk. Pada saat menggunakan suatu produk, konsumen belajar bahwa ciri produk tertentu memilikii konsekuensi yang dapat membantu mencapai tujuan dan nilai yang penting.

Relevansi Pribadi Situasional Ditentukan oleh aspek lingkungan fisik dan sosial yang ada disekitar kita yang dengan segera mengaktifkan konsekuensi dan nilai penting, sehingga membuat produk dan merek yang terlihat secara pribadi.

3.  Bentuk Keterlibatan Dan Hasil

Keterlibatan (relevansi yang disadari atau kecocokan) adalah faktor penting dalam mengerti motivasi. Keterlibatan mengacu pada tingkat relevansi yang disadari dalam tindakan pembelian dan konsumsi. Bila keterlibatan tinggi, ada motivasi untuk memperolrh dan mengolah informasi dan kemungkinan yang jauh lebih besar dari pemecahan masalah yang diperluas. 

Terdapat dua jenis keterlibatan: (1). Langgeng (ada sepanjang waktu karena peningkatan konsep diri), dan (2). Situasional (keterlibatan sementara yang distimulasikan oleh resiko yang disadari, tekanan konformitas, atau pertimbangan lain).


III. Referensi