Selasa, 22 Oktober 2013

Tulisan 4 Softskill (Perilaku Konsumen)



Motivasi Dan Keterlibatan 

I. Motivasi
·       suatu dorongan dari dalam yang di arahkan pada pemenuhan kebutuhan yang diaktifkan (suatu proses yg menyebabkan orang berperilaku tertentu).

·         Menurut American Encyclopedia, motivasi adalah kecenderungan dalam diri seseorang yang membangkitkan topangan dan tindakan. Motivasi meliputi factor kebutuhan biologis dan emosional yang hanya dapat diduga dari pengamatan tingkah laku manusia.

·        Menurut Merle J. Moskowits, motivasi secara umum didefinisikan sebagai insiasi dan pengarahan tingkah laku dan pelajaran motivasi sebenarnya merupakan pelajaran tingkah laku.                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                           
   Dapat disimpulkan bahwa motivasi adalah, pemberi daya penggerak yang menciptakan kegairahan seseorang agar meeka mau bekerjasama, bekerja efektif, dan terintegrasi dengan segala upayanya untuk mencapai kepuasan.

·      Menurut Wells dan Prensky (1996), motivasi sebagai titik awal dari semua perilaku konsumen, yang merupakan proses dari seseorang untuk mewujudkan kebutuhannya serta memulai melakukan kegiatan untuk memperoleh kepuasan. Sedangkan Schiffman dan Kanuk (1994) menyatakan bahwa motivasi sebagai kekuatan dorongan dari dalam diri individu yang memaksa mereka untuk melakukan tindakan. Kekuatan dorongan tersebut dihasilkan dari suatu tekanan yang diakibatkan oleh belum atau tidak terpenuhinya kebutuhan, keinginan dan permintaan. Kemudian bersama-sama dengan proses kognitif (berfikir) dan pengetahuan yang sebelumnya didapat, maka dorongan akan menimbulkan perilaku untuk mencapai tujuan atau pemenuhan kebutuhan.

·           Dengan demikian, jika seseorang mempunyai motivasi yang tinggi terhadap obyek tertentu, maka dia akan terdorong untuk berperilaku menguasai obyek tersebut. Sebaliknya jika motivasinya rendah, maka dia akan mencoba untuk menghindari obyek yang bersangkutan. Implikasinya dalam pemasaran adalah kemungkinan orang tersebut berminat untuk membeli produk/merek yang ditawarkan pemasar atau tidak.


1.  Dinamika Proses Motivasi

Kebutuhan yang diaktifkan akhirnya menjadi diekspresikan dalam perilaku dan pembelian dan konsumsi dalam bentuk dua jenis manfaat yang diharapkan, yaitu manfaat utilitarian, dan manfaat hedonik / pengalaman.

Manfaat utilitarian merupakan atribut produk fungsional yang objektif. Manfaat hedoik, sebaliknya, mencakupi respons emosional, kesenangan panca indera, mimpi, dan pertimbangan estetis (Hirschman & Holbrook, 1982). Kriteria yang digunakan sewaktu mempertimbangkan manfaat hedonik bersifat subjektif dan simbolik, berpusat pada pengertian akan produk atau jasa demi pengertian itu sendiri terlepas dari pertimbangan yang lebih objektif. Kedua manfaat menjadi diekspresikan sebagai kriteria evaluatif yang digunakan di dalam proses pertimbangan dan penyeleksian alternatif terbaik.

Agar pemberian motivasi berjalan dengan lancar, maka harus ada proses motivasi:
1. Tujuan : perusahaan harus bisa menentukan terlebih dahulu tujuan yang ingin dicapai.
2. Mengetahui kepentingan : perusahaan harus bisa mengetahui keinginan konsumen tidak hanya dilihat dari kepentingan perushaan semata.
3. Komunikasi efektif : melakukan komunikasi dengan baik terhadap konsumen agar konsumen dapat mengetahui apa yang harus mereka lakukan dan apa yang bisa didapatkan.
4. Integrasi tujuan : proses motivasi perlu untuk menyatukan tujuan perusahaan dan tujuan kepentingan konsumen.
5. Fasilitas : perusahaan memberikan fasilits agar konsumen mudah mendapatkan barang dan jasa yang dihasilkan oleh perusahaan.

2.  Tujuan Motivasi Konsumen

Adapun tujuan motivasi konsumen, yaitu, meningkatkan kepuasan, mempertahankan loyalitas, efisiensi, efektivitas,  menciptakan suatu hubungan yang harmonis antara produsen atau penjual dengan pembeli atau konsumen.

3.  Asas-asas Motivasi

Asas Mengikutsertakan : memberikan kesempatan bawahan untuk  berpartisipasi mengajukan ide/saran dalam pengambilan 

Asas Komunikasi  : menginformasikan tentang tujuan yang ingin dicapai, cara mengerjakannya & kendala yang dihadapi

Asas Pengakuan  : memberikan penghargaan & pengakuan yang tepat serta wajar kepada bawahan atas prestasi yang dicapainya

Asas Wewenang yang Didelegasikan : mendelegasikan sebagian wewenang  serta kebebasan karyawan untuk mengambil keputusan dan berkreativitas dan melaksanakan tugas-tugas atasan atau  manajer

Asas Perhatian Timbal Balik : memotivasi bawahan dengan mengemukakan keinginan atau harapan perusahaan disamping berusaha memenuhi kebutuhan-kebutuhan yang diharapkan bawahan dari perusahaan

4.  Kebutuhan Dan Tujuan Dalam Konteks Perilaku Konsumen

Kebutuhan adalah suatu pembatas antara apa yang diharapkan dengan apa yang terjadi sebenarnya. Kebutuhan muncul karena konsumen merasakan ketidaknyamanan (state of tension) antara yang seharusnya dirasakan dan yang sesungguhnya dirasakan.  Adapun faktor-faktor yang mendorong munculnya kebutuhan tersebut, yaitu:

1. Faktor Dalam (biologis & fisiologis) : rasa lapar dan haus
2. Faktor Luar (lingkungan) : aroma makanan

Kebutuhan juga dapat diklasifikasikan menjadi beberapa jenis, yaitu:

1. Kebutuhan Primer yaitu untuk mempertahankan kelangsungan hidup
          2.Kebutuhan Skunder yaitu sebagai reaksi terhadap lingkungan dan  budayanya

Kebutuhan yang dirasakan (felt needs), yaitu kebutuhan yang dibedakan berdasarkan kepada manfaatnya, antara lain: kebutuhan utilitarian (utilitarian needs), yaitu berdasarkan kepada manfaat fungsional dan karakteristik. Sedangkan, kebutuhan hedonik (ekspresive), yaitu berdasarkan sifat psikologis seperti rasa puas, emosi dan gengsi. Tujuan ada karena adanya kebutuhan, artinya untuk memenuhi kebutuhan konsumen harus memiliki tujuan akan tindakannya.

5.    Hirarki Kebutuhan Maslow

1.  Fisiologi : Makanan, minuman, tempat tinggal
    dan sembuh dari rasa sakit
2. Keamanan dan Keselamatan : Kebutuhan untuk kemerdekaan dari ancaman
3. Rasa memiliki, Sosial & Kasih sayang
4. Penghargaan : kebutuhan atas harga diri
5. Aktualisasi diri : Kebutuhan untuk memenuhi diri seseorang
    melalui memaksimumkan penggunaan kemampuan, keahlian & potensi.

6.  Teori-teori Kebutuhan

Selain teori kebutuhan Maslow ada beberapa teori kebutuhan lainnya :

1.Teori Dua Faktor Herzberg
   A. Ekstrinsik : Upah, Keamanan kerja, Kondisi kerja, Status, Prosedur    perusahaan
   B. Intrinsik  : Pencapaian prestasi, Tanggung jawab, Kemajuan, Pekerjaan itu sendiri, Kemungkinan berkembang

2. Teori Engel
menyatakan bahwa semakin sejahtera seseorang maka semakin kecil persentase pendapatannya untuk membeli makanan.
McClelland mengembangakan suatu teori motivasi yang disebut dengan McClelland’s Theory of Learned Needs.

3. Teori McClelland
1.     Kebutuhan Untuk Sukses  (achievement) à Aktualisasi diri dan ego
2.     Kebutuhan Afiliasi (Affiliation) à Hubungan sosial dan rasa aman
3.     Kebutuhan Kekuasaan (Power) à Aktualisasi diri dan ego 

7.  Kelemahan Dan Keunggulan Teori Maslow

Jenjang pertama adalah kebutuhan dasar seperti udara, air, makanan, pakaian, istirahat dan kebutuhan dasar lainnya.

Jenjang kedua adalah rasa aman- jaminan kerja, jaminan kesehatan, jaminan keamanan dari pencurian, dan jaminan keamanan lainnya.

Jenjang ketiga, adalah cinta atau kasih, yaitu rasa dicintai dan dimiliki oleh keluarga.

Jenjang keempat adalah 'esteem', yaitu harga diri, rasa percaya diri, penghargaan dari orang lain atas prestasi yang dicapai.

Jenjang kelima adalah aktualisasi diri, yaitu kondisi di mana orang bisa berkreasi, memecahkan masalah, menerima fakta apa adanya, dan menerima kondisi orang lain.

Teori Motivasi Maslow mengatakan bahwa bila seseorang sudah mendapatkan kebutuhan dasar (jenjang pertama), maka ia tidak akan termotivasi melakukan sesuatu kalau motivatornya adalah kebutuhan dasar; ia hanya termotivasi kalau motivatornya adalah kebutuhan jenjang-kedua. Bila kebutuhan lapisan kedua terpenuhi, ia tidak akan termotivasi mengerjakan sesuatu kalau motivatornya adalah kebutuhan jenjang-kedua. Demikian seterusnya sampai seseorang mencapai kebutuhan yang paling tinggi, yaitu aktualisasi diri.

Kelihatannya Teori Motivasi Maslow benar. Fakta-fakta di lapangan seolah-olah menunjukkan demikian. Namun, apakah kebutuhan manusia berjenjang seperti yang disodorkan oleh Maslow? Apakah orang yang telah mendapat kebutuhan dasar tidak lagi termotivasi mengerjakan sesuatu kecuali motivatornya adalah kebutuhan jenjang kedua? Dalam kalimat lain, apakah rasa percaya diri tergantung kepada terpenuhinya kebutuhan dasar dan rasa nyaman? Apakah orang harus melalui 4 jenjang kebutuhan agar bisa beraktualisasi diri?

Tidak dapat disangkal bahwa ketersediaan kebutuhan dasar atau rasa aman bisa membantu rasa percaya diri seseorang. Bila seseorang telah berprestasi, mencapai posisi tinggi dalam kariernya, atau mendapat penghargaan atas jasa-jasa yang ia lakukan- ini bisa menolong membangun rasa percaya dirinya. Seseorang bisa merasa memiliki eksistensi kalau punya uang banyak, bergelar atau berprestasi.

Namun demikian, ada kelemahan pada Teori Motivasi Maslow. Pengertian tentang kebutuhan yang berjenjang tidak tepat. Kebutuhan manusia tidak perlu dikategorikan ke lima jenjang kebutuhan. Tidak perlu ada 'kasta' kebutuhan. Manusia terdiri dari tubuh dan jiwa. Ada kebutuhan jasmani; ada kebutuhan rohani. Tubuh membutuhkan udara, makanan, air, istirahat dan ini memang diperlukan untuk menjaga agar tubuh bisa berfungsi dengan baik. Kekurangan nutrisi bisa mengakibatkan tubuh lemah. Cobalah tidak mendapatkan nutrisi yang cukup, tidak akan lama tubuh Anda lemah, muka bisa pucat, badan lemas, dan tubuh tidak dapat melakukan pekerjaan sehari-hari bahkan bisa sakit. Pikiran butuh 'makanan pikiran.' Hati, jiwa dan pikiran memerlukan nutrisi rohani seperti tubuh membutuhkan makanan yang bergizi.

Namun demikian, bukan hanya tubuh yang memerlukan nutrisi. Jiwa juga memerlukan nutrisi yang baik agar aspek rohani manusia dapat berfungsi dengan baik. Pikiran butuh 'makanan pikiran.' Hati, jiwa dan pikiran memerlukan nutrisi rohani seperti tubuh membutuhkan makanan yang bergizi. Cobalah tidak mengisi pikiran atau jiwa Anda dengan makanan rohani, maka tidak akan lama jiwa Anda lelah; hati resah. Anda akan mudah mengeluh, mudah frustasi, gampang emosi, dan sering mengkritik orang lain hanya karena kesalahan-kesalahan remeh. Kita tidak akan bisa beraktulisasi diri seperti yang disarankan Teori Motivasi Maslow.
Sosok-sosok yang memberikan pencerahan pikiran, yang bisa mengisi pikiran dan jiwa kita akan menolong kita. Sebut saja seperti pastor, pendeta, kiyai, ustad atau motivator- sosok-sosok seperti ini sangat diperlukan. Contoh yang lebih dekat adalah Mario Teguh, yang telah mengisi pikiran dari ribuan, mungkin ratusan ribu bahkan jutaan orang Indonesia di seluruh dunia.

Tubuh dan jiwa saling berkaitan. Keduanya tidak dapat dipisahkan bila manusia mau disebut utuh. Kelemahan dalam tubuh bisa mempengaruhi jiwa; kekurangan dalam jiwa pasti akan mempengaruhi tubuh.

Tubuh dan jiwa saling berkaitan. Keduanya tidak dapat dipisahkan bila manusia mau disebut utuh. Kelemahan dalam tubuh bisa mempengaruhi jiwa; kekurangan dalam jiwa pasti akan mempengaruhi tubuh. Tetapi, jiwalah yang memimpin tubuh, bukan tubuh yang memimpin jiwa. Oleh sebab itu, kesehatan jiwa lebih utama dari pada kesehatan tubuh. Ini tidak berarti bahwa kesehatan tubuh dapat diabaikan. Baik aspek rohani maupun jasmani harus berada dalam keseimbangan. Namun, bila mau diurut, memelihara jiwa harus didahulukan dari pada memelihara tubuh. Bila jiwa kita bisa bebas dari ikatan-ikatan yang bersifat phisik, kita bisa beraktualisasi diri. Tidak perlu orang menunggu kebutuhan dasar, rasa aman, perasaan cinta, dan percaya diri terpenuhi agar bisa beraktualisasi diri seperti yang dianjurkan oleh Teori Motivasi Maslow. Kita bisa beraktualisasi diri karena jiwa kita merdeka dari keinginan-keinginan phisiknya.

Benarlah perkataan kuno yang mengatakan, "Kalau orang mengisi hati dan jiwanya dengan keadilan dan kebenaran, maka kebutuhan lainnya akan ditambahkan." Dengan kata lain, bila hati dan pikiran sehat, kebutuhan jenjang pertama sampai yang keempat tidak perlu dikuatirkan. Namun, banyak di antara kita memilih yang sebaliknya. Kebutuhan phisik diutamakan sedangkan kebutuhan jiwa diabaikan. Tidak heran kalau banyak orang yang memiliki motivasi rendah sekalipun kebutuhan mendasar, rasa aman, rasa cinta dan harga diri terpenuhi. Kita perlu merdeka dari ikatan kebutuhan-kebutuhan jasmani kita.

8.  Penelitian Motivasi

Sebagai contoh, seorang mahasiswa perguruan tinggi yang sedang belajar untuk ujian akhir mengatakan kepada teman sekamarnya, “saya haus.” Pertama, ia merasakan ketidaknyamanan (kebutuhan yang dirasakan) yang dikenali sebagai rasa haus. Ini mengaktifkan kebutuhan yang meyebabkan dorongan. Sekaleng coca cola (minuman favoritnya) dari mesin di aula merupakan insentif, dan ia bertindak sesuai dengannya.


II. Keterlibatan
Keterlibatan adalah tingkat kepentingan pribadi yang dirasakan dan atau minat yang dibangkitkan oleh stimulus di dalam situasi spesifik hingga jangkauan kehadirannya, konsumen bertindak dengan sengaja untuk meminimumkan resiko dan mamaksimumkan manfaat yang diperoleh dari pembelian dan pemakaian. 

Keterlibatan mengacu pada persepsi konsumen tentang pentingnya arau relevansi personal suatu objek, kejadian, atau aktivitas. Konsumen yang melihat bahwa produk yang memiliki konsekuensi relevan secara pribadi dikatakan telibat dengan produk dan memiliki hubungan dengan produk tersebut.
 
1.  Fokus Keterlibatan

Beberapa konsumen terlihat dengan kegiatan yang berkaitan dengan pemasaran seperti mengumpulkan kupon diskon, belanja pakaian, mencari harga terendah, atau tawar menawar dengan penjual. Adalah penting bahwa pemasar dengan jelas mengidentifikasikan focus keterlibatan konsumen. Pemasar perlu mengetahui dengan cepat apa yang disebut sebagai relevan secara pribadi oleh konsumen : produk / merek, objek, perilaku, kejadian, situasi, lingkungan, atau beberapa bahkan semua hal diatas. Karena sebagian besar pemasar tertarik dengan keterlibatan konsumen dengan produk dan merek.

2.  Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Keterlibatan

Relevansi Pribadi Intrinsik Mengacu pada pengetahuan arti akhir konsumen yang disimpan dalam ingatan. Konsumen mendapatkan pengetahuan arti-akhir ini melalui pengalaman masa lalu mereka terhadap suatu produk. Pada saat menggunakan suatu produk, konsumen belajar bahwa ciri produk tertentu memilikii konsekuensi yang dapat membantu mencapai tujuan dan nilai yang penting.

Relevansi Pribadi Situasional Ditentukan oleh aspek lingkungan fisik dan sosial yang ada disekitar kita yang dengan segera mengaktifkan konsekuensi dan nilai penting, sehingga membuat produk dan merek yang terlihat secara pribadi.

3.  Bentuk Keterlibatan Dan Hasil

Keterlibatan (relevansi yang disadari atau kecocokan) adalah faktor penting dalam mengerti motivasi. Keterlibatan mengacu pada tingkat relevansi yang disadari dalam tindakan pembelian dan konsumsi. Bila keterlibatan tinggi, ada motivasi untuk memperolrh dan mengolah informasi dan kemungkinan yang jauh lebih besar dari pemecahan masalah yang diperluas. 

Terdapat dua jenis keterlibatan: (1). Langgeng (ada sepanjang waktu karena peningkatan konsep diri), dan (2). Situasional (keterlibatan sementara yang distimulasikan oleh resiko yang disadari, tekanan konformitas, atau pertimbangan lain).


III. Referensi

















     

Tidak ada komentar:

Posting Komentar