Motivasi Dan Keterlibatan
I.
Motivasi
· suatu dorongan dari dalam yang di arahkan pada pemenuhan kebutuhan yang
diaktifkan (suatu proses
yg menyebabkan orang berperilaku tertentu).
· Menurut
American Encyclopedia, motivasi adalah kecenderungan dalam diri seseorang yang
membangkitkan topangan dan tindakan. Motivasi meliputi factor kebutuhan
biologis dan emosional yang hanya dapat diduga dari pengamatan tingkah laku
manusia.
· Menurut
Merle J. Moskowits, motivasi secara umum didefinisikan sebagai insiasi dan pengarahan
tingkah laku dan pelajaran motivasi sebenarnya merupakan pelajaran tingkah
laku.
Dapat disimpulkan bahwa motivasi adalah, pemberi daya penggerak yang
menciptakan kegairahan seseorang agar meeka mau bekerjasama, bekerja efektif,
dan terintegrasi dengan segala upayanya untuk mencapai kepuasan.
· Menurut
Wells dan Prensky (1996), motivasi sebagai titik awal dari semua perilaku
konsumen, yang merupakan proses dari seseorang untuk mewujudkan kebutuhannya
serta memulai melakukan kegiatan untuk memperoleh kepuasan. Sedangkan Schiffman
dan Kanuk (1994) menyatakan bahwa motivasi sebagai kekuatan dorongan dari dalam
diri individu yang memaksa mereka untuk melakukan tindakan. Kekuatan dorongan
tersebut dihasilkan dari suatu tekanan yang diakibatkan oleh belum atau tidak
terpenuhinya kebutuhan, keinginan dan permintaan. Kemudian bersama-sama dengan
proses kognitif (berfikir) dan pengetahuan yang sebelumnya didapat, maka
dorongan akan menimbulkan perilaku untuk mencapai tujuan atau pemenuhan
kebutuhan.
· Dengan
demikian, jika seseorang mempunyai motivasi yang tinggi terhadap obyek
tertentu, maka dia akan terdorong untuk berperilaku menguasai obyek tersebut.
Sebaliknya jika motivasinya rendah, maka dia akan mencoba untuk menghindari
obyek yang bersangkutan. Implikasinya dalam pemasaran adalah kemungkinan orang
tersebut berminat untuk membeli produk/merek yang ditawarkan pemasar atau
tidak.
1. Dinamika Proses Motivasi
Kebutuhan yang diaktifkan akhirnya menjadi
diekspresikan dalam perilaku dan pembelian dan konsumsi dalam bentuk dua jenis
manfaat yang diharapkan, yaitu manfaat utilitarian, dan manfaat hedonik /
pengalaman.
Manfaat utilitarian merupakan atribut
produk fungsional yang objektif. Manfaat hedoik, sebaliknya, mencakupi respons
emosional, kesenangan panca indera, mimpi, dan pertimbangan estetis (Hirschman
& Holbrook, 1982). Kriteria yang digunakan sewaktu mempertimbangkan manfaat
hedonik bersifat subjektif dan simbolik, berpusat pada pengertian akan produk
atau jasa demi pengertian itu sendiri terlepas dari pertimbangan yang lebih
objektif. Kedua manfaat menjadi diekspresikan sebagai kriteria evaluatif yang
digunakan di dalam proses pertimbangan dan penyeleksian alternatif terbaik.
Agar pemberian motivasi berjalan dengan
lancar, maka harus ada proses motivasi:
1. Tujuan : perusahaan harus bisa
menentukan terlebih dahulu tujuan yang ingin dicapai.
2. Mengetahui kepentingan : perusahaan
harus bisa mengetahui keinginan konsumen tidak hanya dilihat dari kepentingan
perushaan semata.
3. Komunikasi efektif : melakukan
komunikasi dengan baik terhadap konsumen agar konsumen dapat mengetahui apa
yang harus mereka lakukan dan apa yang bisa didapatkan.
4. Integrasi tujuan : proses motivasi perlu
untuk menyatukan tujuan perusahaan dan tujuan kepentingan konsumen.
5. Fasilitas : perusahaan memberikan
fasilits agar konsumen mudah mendapatkan barang dan jasa yang dihasilkan oleh
perusahaan.
2. Tujuan
Motivasi Konsumen
Adapun tujuan motivasi konsumen, yaitu,
meningkatkan kepuasan, mempertahankan loyalitas, efisiensi, efektivitas,
menciptakan suatu hubungan yang harmonis antara produsen atau penjual dengan
pembeli atau konsumen.
3. Asas-asas
Motivasi
Asas Mengikutsertakan
: memberikan kesempatan bawahan untuk
berpartisipasi mengajukan ide/saran dalam pengambilan
Asas Komunikasi : menginformasikan tentang tujuan yang ingin
dicapai, cara mengerjakannya & kendala yang dihadapi
Asas
Pengakuan : memberikan
penghargaan & pengakuan yang tepat serta wajar kepada bawahan atas prestasi
yang dicapainya
Asas Wewenang
yang Didelegasikan : mendelegasikan sebagian wewenang serta kebebasan karyawan untuk mengambil
keputusan dan berkreativitas dan melaksanakan tugas-tugas atasan atau manajer
Asas Perhatian
Timbal Balik : memotivasi bawahan dengan mengemukakan keinginan atau harapan
perusahaan disamping berusaha memenuhi kebutuhan-kebutuhan yang diharapkan
bawahan dari perusahaan
4. Kebutuhan
Dan Tujuan Dalam Konteks Perilaku Konsumen
Kebutuhan adalah suatu pembatas antara apa
yang diharapkan dengan apa yang terjadi sebenarnya. Kebutuhan muncul karena
konsumen merasakan ketidaknyamanan (state of tension) antara yang seharusnya
dirasakan dan yang sesungguhnya dirasakan. Adapun faktor-faktor yang
mendorong munculnya kebutuhan tersebut, yaitu:
1. Faktor Dalam (biologis & fisiologis)
: rasa lapar dan haus
2. Faktor Luar (lingkungan) : aroma makanan
Kebutuhan juga dapat diklasifikasikan
menjadi beberapa jenis, yaitu:
1. Kebutuhan Primer yaitu untuk
mempertahankan kelangsungan hidup
2.Kebutuhan
Skunder yaitu sebagai reaksi terhadap lingkungan dan budayanya
Kebutuhan yang dirasakan (felt needs),
yaitu kebutuhan yang dibedakan berdasarkan kepada manfaatnya, antara lain:
kebutuhan utilitarian (utilitarian needs), yaitu berdasarkan kepada manfaat
fungsional dan karakteristik. Sedangkan, kebutuhan hedonik (ekspresive), yaitu
berdasarkan sifat psikologis seperti rasa puas, emosi dan gengsi. Tujuan ada
karena adanya kebutuhan, artinya untuk memenuhi kebutuhan konsumen harus
memiliki tujuan akan tindakannya.
5.
Hirarki Kebutuhan Maslow
1. Fisiologi : Makanan, minuman,
tempat tinggal
dan sembuh dari rasa sakit
2. Keamanan dan Keselamatan : Kebutuhan
untuk kemerdekaan dari ancaman
3. Rasa memiliki, Sosial & Kasih sayang
4. Penghargaan : kebutuhan atas harga diri
5. Aktualisasi diri : Kebutuhan untuk
memenuhi diri seseorang
melalui
memaksimumkan penggunaan kemampuan, keahlian & potensi.
6. Teori-teori
Kebutuhan
Selain teori kebutuhan Maslow ada beberapa teori kebutuhan lainnya :
1.Teori Dua
Faktor Herzberg
A. Ekstrinsik : Upah, Keamanan
kerja, Kondisi kerja, Status, Prosedur perusahaan
B. Intrinsik
: Pencapaian prestasi, Tanggung jawab, Kemajuan,
Pekerjaan itu sendiri, Kemungkinan berkembang
2. Teori Engel
menyatakan bahwa semakin
sejahtera seseorang maka semakin kecil persentase pendapatannya untuk membeli
makanan.
McClelland mengembangakan suatu
teori motivasi yang disebut dengan McClelland’s Theory of Learned Needs.
3.
Teori McClelland
1. Kebutuhan
Untuk Sukses (achievement) à Aktualisasi diri dan ego
2. Kebutuhan
Afiliasi (Affiliation) à Hubungan sosial dan rasa aman
3. Kebutuhan
Kekuasaan (Power) à Aktualisasi diri dan ego
7. Kelemahan
Dan Keunggulan Teori Maslow
Jenjang pertama adalah kebutuhan dasar
seperti udara, air, makanan, pakaian, istirahat dan kebutuhan dasar lainnya.
Jenjang kedua adalah rasa aman- jaminan
kerja, jaminan kesehatan, jaminan keamanan dari pencurian, dan jaminan keamanan
lainnya.
Jenjang ketiga, adalah cinta atau kasih,
yaitu rasa dicintai dan dimiliki oleh keluarga.
Jenjang keempat adalah 'esteem', yaitu
harga diri, rasa percaya diri, penghargaan dari orang lain atas prestasi yang
dicapai.
Jenjang kelima adalah aktualisasi diri,
yaitu kondisi di mana orang bisa berkreasi, memecahkan masalah, menerima fakta
apa adanya, dan menerima kondisi orang lain.
Teori Motivasi Maslow mengatakan bahwa bila
seseorang sudah mendapatkan kebutuhan dasar (jenjang pertama), maka ia tidak
akan termotivasi melakukan sesuatu kalau motivatornya adalah kebutuhan dasar;
ia hanya termotivasi kalau motivatornya adalah kebutuhan jenjang-kedua. Bila
kebutuhan lapisan kedua terpenuhi, ia tidak akan termotivasi mengerjakan
sesuatu kalau motivatornya adalah kebutuhan jenjang-kedua. Demikian seterusnya
sampai seseorang mencapai kebutuhan yang paling tinggi, yaitu aktualisasi diri.
Kelihatannya Teori Motivasi Maslow benar.
Fakta-fakta di lapangan seolah-olah menunjukkan demikian. Namun, apakah
kebutuhan manusia berjenjang seperti yang disodorkan oleh Maslow? Apakah orang
yang telah mendapat kebutuhan dasar tidak lagi termotivasi mengerjakan sesuatu
kecuali motivatornya adalah kebutuhan jenjang kedua? Dalam kalimat lain, apakah
rasa percaya diri tergantung kepada terpenuhinya kebutuhan dasar dan rasa
nyaman? Apakah orang harus melalui 4 jenjang kebutuhan agar bisa beraktualisasi
diri?
Tidak dapat disangkal bahwa ketersediaan
kebutuhan dasar atau rasa aman bisa membantu rasa percaya diri seseorang. Bila
seseorang telah berprestasi, mencapai posisi tinggi dalam kariernya, atau
mendapat penghargaan atas jasa-jasa yang ia lakukan- ini bisa menolong
membangun rasa percaya dirinya. Seseorang bisa merasa memiliki eksistensi kalau
punya uang banyak, bergelar atau berprestasi.
Namun demikian, ada kelemahan pada Teori
Motivasi Maslow. Pengertian tentang kebutuhan yang berjenjang tidak tepat.
Kebutuhan manusia tidak perlu dikategorikan ke lima jenjang kebutuhan. Tidak
perlu ada 'kasta' kebutuhan. Manusia terdiri dari tubuh dan jiwa. Ada kebutuhan
jasmani; ada kebutuhan rohani. Tubuh membutuhkan udara, makanan, air, istirahat
dan ini memang diperlukan untuk menjaga agar tubuh bisa berfungsi dengan baik.
Kekurangan nutrisi bisa mengakibatkan tubuh lemah. Cobalah tidak mendapatkan
nutrisi yang cukup, tidak akan lama tubuh Anda lemah, muka bisa pucat, badan
lemas, dan tubuh tidak dapat melakukan pekerjaan sehari-hari bahkan bisa sakit.
Pikiran butuh 'makanan pikiran.' Hati, jiwa dan pikiran memerlukan nutrisi
rohani seperti tubuh membutuhkan makanan yang bergizi.
Namun demikian, bukan hanya tubuh yang
memerlukan nutrisi. Jiwa juga memerlukan nutrisi yang baik agar aspek rohani
manusia dapat berfungsi dengan baik. Pikiran butuh 'makanan pikiran.' Hati,
jiwa dan pikiran memerlukan nutrisi rohani seperti tubuh membutuhkan makanan
yang bergizi. Cobalah tidak mengisi pikiran atau jiwa Anda dengan makanan
rohani, maka tidak akan lama jiwa Anda lelah; hati resah. Anda akan mudah
mengeluh, mudah frustasi, gampang emosi, dan sering mengkritik orang lain hanya
karena kesalahan-kesalahan remeh. Kita tidak akan bisa beraktulisasi diri
seperti yang disarankan Teori Motivasi Maslow.
Sosok-sosok yang memberikan pencerahan
pikiran, yang bisa mengisi pikiran dan jiwa kita akan menolong kita. Sebut saja
seperti pastor, pendeta, kiyai, ustad atau motivator- sosok-sosok seperti ini
sangat diperlukan. Contoh yang lebih dekat adalah Mario Teguh, yang telah
mengisi pikiran dari ribuan, mungkin ratusan ribu bahkan jutaan orang Indonesia
di seluruh dunia.
Tubuh dan jiwa saling berkaitan. Keduanya
tidak dapat dipisahkan bila manusia mau disebut utuh. Kelemahan dalam tubuh
bisa mempengaruhi jiwa; kekurangan dalam jiwa pasti akan mempengaruhi tubuh.
Tubuh dan jiwa saling berkaitan. Keduanya
tidak dapat dipisahkan bila manusia mau disebut utuh. Kelemahan dalam tubuh
bisa mempengaruhi jiwa; kekurangan dalam jiwa pasti akan mempengaruhi tubuh.
Tetapi, jiwalah yang memimpin tubuh, bukan tubuh yang memimpin jiwa. Oleh sebab
itu, kesehatan jiwa lebih utama dari pada kesehatan tubuh. Ini tidak berarti
bahwa kesehatan tubuh dapat diabaikan. Baik aspek rohani maupun jasmani harus
berada dalam keseimbangan. Namun, bila mau diurut, memelihara jiwa harus
didahulukan dari pada memelihara tubuh. Bila jiwa kita bisa bebas dari
ikatan-ikatan yang bersifat phisik, kita bisa beraktualisasi diri. Tidak perlu
orang menunggu kebutuhan dasar, rasa aman, perasaan cinta, dan percaya diri
terpenuhi agar bisa beraktualisasi diri seperti yang dianjurkan oleh Teori
Motivasi Maslow. Kita bisa beraktualisasi diri karena jiwa kita merdeka dari
keinginan-keinginan phisiknya.
Benarlah perkataan kuno yang mengatakan,
"Kalau orang mengisi hati dan jiwanya dengan keadilan dan kebenaran, maka
kebutuhan lainnya akan ditambahkan." Dengan kata lain, bila hati dan pikiran
sehat, kebutuhan jenjang pertama sampai yang keempat tidak perlu dikuatirkan.
Namun, banyak di antara kita memilih yang sebaliknya. Kebutuhan phisik
diutamakan sedangkan kebutuhan jiwa diabaikan. Tidak heran kalau banyak orang
yang memiliki motivasi rendah sekalipun kebutuhan mendasar, rasa aman, rasa
cinta dan harga diri terpenuhi. Kita perlu merdeka dari ikatan
kebutuhan-kebutuhan jasmani kita.
8. Penelitian
Motivasi
Sebagai contoh, seorang mahasiswa perguruan
tinggi yang sedang belajar untuk ujian akhir mengatakan kepada teman
sekamarnya, “saya haus.” Pertama, ia merasakan ketidaknyamanan (kebutuhan yang
dirasakan) yang dikenali sebagai rasa haus. Ini mengaktifkan kebutuhan yang
meyebabkan dorongan. Sekaleng coca cola (minuman favoritnya) dari mesin di aula
merupakan insentif, dan ia bertindak sesuai dengannya.
II.
Keterlibatan
Keterlibatan
adalah tingkat kepentingan pribadi yang dirasakan dan atau minat yang
dibangkitkan oleh stimulus di dalam situasi spesifik hingga jangkauan
kehadirannya, konsumen bertindak dengan sengaja untuk meminimumkan resiko dan
mamaksimumkan manfaat yang diperoleh dari pembelian dan pemakaian.
Keterlibatan
mengacu pada persepsi konsumen tentang pentingnya arau relevansi personal suatu
objek, kejadian, atau aktivitas. Konsumen yang melihat bahwa produk yang
memiliki konsekuensi relevan secara pribadi dikatakan telibat dengan produk dan
memiliki hubungan dengan produk tersebut.
1. Fokus
Keterlibatan
Beberapa konsumen terlihat dengan kegiatan
yang berkaitan dengan pemasaran seperti mengumpulkan kupon diskon, belanja
pakaian, mencari harga terendah, atau tawar menawar dengan penjual. Adalah
penting bahwa pemasar dengan jelas mengidentifikasikan focus keterlibatan
konsumen. Pemasar perlu mengetahui dengan cepat apa yang disebut sebagai
relevan secara pribadi oleh konsumen : produk / merek, objek, perilaku,
kejadian, situasi, lingkungan, atau beberapa bahkan semua hal diatas. Karena
sebagian besar pemasar tertarik dengan keterlibatan konsumen dengan produk dan
merek.
2. Faktor-faktor
Yang Mempengaruhi Keterlibatan
Relevansi Pribadi Intrinsik Mengacu pada
pengetahuan arti akhir konsumen yang disimpan dalam ingatan. Konsumen
mendapatkan pengetahuan arti-akhir ini melalui pengalaman masa lalu mereka
terhadap suatu produk. Pada saat menggunakan suatu produk, konsumen belajar
bahwa ciri produk tertentu memilikii konsekuensi yang dapat membantu mencapai
tujuan dan nilai yang penting.
Relevansi Pribadi Situasional Ditentukan
oleh aspek lingkungan fisik dan sosial yang ada disekitar kita yang dengan
segera mengaktifkan konsekuensi dan nilai penting, sehingga membuat produk dan
merek yang terlihat secara pribadi.
3. Bentuk
Keterlibatan Dan Hasil
Keterlibatan (relevansi yang disadari atau
kecocokan) adalah faktor penting dalam mengerti motivasi. Keterlibatan mengacu
pada tingkat relevansi yang disadari dalam tindakan pembelian dan konsumsi.
Bila keterlibatan tinggi, ada motivasi untuk memperolrh dan mengolah informasi
dan kemungkinan yang jauh lebih besar dari pemecahan masalah yang diperluas.
Terdapat dua jenis keterlibatan: (1).
Langgeng (ada sepanjang waktu karena peningkatan konsep diri), dan (2).
Situasional (keterlibatan sementara yang distimulasikan oleh resiko yang
disadari, tekanan konformitas, atau pertimbangan lain).
III.
Referensi
Tidak ada komentar:
Posting Komentar