Kamis, 25 Desember 2014

TULISAN 8 ETIKA BISNIS



Siasat 7 Eleven Masuk ke Indonesia 


SIASAT KUDA HITAM
Tahun lalu pasar Indonesia memunculkan banyak kejutan. Beberapa merek yang selama itu tidak diperhitungkan, tiba-tiba menyeruak diantara naga-naga yang sengit bertarung. Siapa saja mereka?

Sejak dibawa masuk ke Indonesia oleh PT Modern Putra Indonesia (grup Modern distributor Fuji Indonesia) pada 2009, 7-Eleven membangun keunikan sebagai community store yang menarget anak muda ibukota. USP mereka sebagai penyedia kenyamanan, tempat nongkrong dan sosialisasi, community store, sangat pas dengan karakter konsumen Jakarta yang haus pertemuan.

7-Eleven Indonesia memang mampu menyedot kehadiran pelanggan dari golongan komunitas orang muda, serta karyawan yang butuh makan siang atau tempat nongkrong sepulang kerja. Seperti pernah diungkapkan oleh Wiwiek Yusuf, Direktur Pemasaran, sejak dibawa masuk ke Indonesia oleh PT Modern Putra Indonesia (grup Modern distributor Fuji Indonesia) pada 2009, 7-Eleven sebagai community store dipandang sangat cocok untuk langsung menarget masyarakat ibukota, terutama anak muda. Unique Selling Proposition (USP) mereka adalah penyedia kenyamanan, community store, tempat nongkrong dan sosialisasi.
Sebuah survei yang dilakukan Vibiz Management Research terhadap enam gerai 7-Eleven memberikan data menarik sebagai berikut. Sekitar 65% pengunjung 7-Eleven adalah anak muda, sisanya pelajar (15%), karyawan (10%), dan keluarga 10%. Sebagian besar di antara mereka datang tidak sendirian, tapi bersama teman atau rombongan.
Dalam pengamatan lebih lanjut, pengunjung biasanya mengobrol santai (nongkrong). Sekitar 80% di antaranya bahkan nongkrong lebih dari satu jam, 15% lainnya memanfaatkan untuk short meeting dan 5% lainnya membeli makanan untuk dibawa pulang. Ada juga di antara mereka yang sibuk sendiri dengan netbook, memanfaatkan fasilitas free wifi yang disediakan.

Sejumlah pengunjung yang di-interview mengaku mereka menyukai 7-Eleven karena kenyamanan dan kebebasannya. Nilai lebih lain yang disebut adalah ruang yang terang dan bersih, display barang yang menarik, konsep self sevice, inovasi menarik, pelayan ramah dan helpful, serta kemerdekaan untuk nongkrong kapan saja dan selama apapun tanpa diusir satpam atau ditunggu antrian. Mereka juga menyukai konsep gerai yang smoking area dan disediakannya wifi gratis. Juga harga yang terjangkau dibandingkan kedai kopi semacam Starbuck.

Hal lain yang disukai adalah konsep meracik minuman, mengambil serta memilih sendiri sesuai dengan selera masing-masing. Sajian favorit mereka antara lain Slurpee, minuman bersoda setengah beku yang dijual pada suhu 28 derajat Celsius, minuman soda Big Gulp, dan Big Bite Hotdog. Namun dari 6 gerai itu, berbeda-beda pula selera pengunjungnya sehingga produk andalan masing-masing juga berbeda. Berdasarkan pengamatan, rata-rata jumlah pengunjung pada keenam gerai itu berkisar antara 600-800 orang pada hari biasa dan bisa mencapai 1000 orang pada akhir pekan.
Yang menarik, Tim riset mengamati 7-Eleven tidak banyak melakukan promosi dan publikasi. Promosi gratis justru didapatkan melalui proses word of mouth yang dilakukan oleh pengunjungnya. Pada akhirnya, tim riset mengambil kesimpulan, keberhasilan 7-Eleven adalah karena mereka mampu menjawab kebutuhan anak muda akan gaya hidup modern ala barat yang identik dengan kebebasan memilih dan berkreasi. Dengan kata lain, ia berhasil membaca kebutuhan konsumen terhadap tempat hang out. Karena itu komunikasi yang mereka lakukan pun melalui sosial media. Twitter @7ElevenID saat ini memiliki lebih dari 50 ribu follower. Sedangkan page Facebook 7-Eleven Id disukai oleh sekitar 42 ribu fans.

Fenomena ini seakan mengukuhkan pendapat bahwa sejatinya pasar yang jenuh pada dasarnya hanyalah mitos. Disini fenomena perkembangan 7-Eleven dalam tiga tahun ada 57 gerai dan hanya di Jakarta seakan membuktikan itu. Ini juga membuktikan bahwa munculnya kuda hitam selalu saja ada. Menurut Rudolf Tjandra, Direktur Marketing PT Softex, sampai kapan pun, bahaya kuda hitam memang sangat besar. “Tidak hanya tahun 2012, di tahun-tahun sebelumnya ataupun tahun-tahun mendatang, kuda hitam pasti akan terus mengintai”.

Sumber : edhyaruman.blogspot.com,diposting pada selasa, 20 maret 2012
7 Eleven memiliki keunggulan Value Proposition
Hasil kajian tim pakar sebuah sekolah bisnis di Jakarta menunjukkan 7-Eleven Indonesia mampu tampil sebagai pemenang pasar karena memiliki keunggulan value proposition berupa acccessibility, newness, dan convenience dibanding pesaing-pesaingnya.  
Dalam buku berjudul “Business Model Canvas: Penerapan di Indonesia”,tim dari sekolah bisnis PPM Manajemen Jakarta mencoba membedah kesuksesan model bisnis 7-Eleven di Indonesia. Dalam buku yang terbit tahun 2012 itu, Tim PPM Manajemen mengulas keberhasilan kreativitas 7-Eleven Indonesia dalam menciptakan value proposition yang unik sehingga bisa unggul dibanding pesaing-pesaingnya. Value proposition adalah salah satu elemen penting dari sebuah model bisnis yang berhasil, disamping elemen customer segment, channel, customer relationship, revenue stream, key resources, key activities, key partnerships, dan cost structures.
Value proposition adalah manfaat yang ditawarkan sebuah organisasi kepada segmen pasar yang dilayani. Value proposition akan menentukan segmen pelanggan yang dipilih atau sebaliknya. Value propostion juga akan memengaruhi elemen model bisnis lainnya, seperti channel dan customer relationship.
Pengembangan value proposition di industri ritel consumer goods di Indonesia dapat dilihat melalui perkembangan toko-toko ritel seperti Indomaret dan Alfamart.  Mereka bersaing melalui harga, kelengkapan barang yang dijual, dan aksesibilitas. Persaingan aksesibilitas antara keduanya mudah dilihat dari keberadaan gerai mereka yang banyak berdekatan di setiap tempat. Sehingga, dapat dikatakan, dimana ada Indomaret, maka disitu akan ada Alfamart atau sebaliknya.
Jadi, pada dasarnya, keduanya menawarkan tiga value proposition utama, yaitu harga , kelengkapan produk, dan aksesibilitas , kepada para pembeli atau masyarakat. Terlepas dari persaingan sengit antara keduanya, ketiga hal itu nyatanya yang membuat mereka menjadi pemenang  di bisnis industri ritel consumer goods. Mereka mampu merebut pembeli toko-toko kelontong kecil (tradisional) ke minimarket-minimarket mereka. Seiring peningkatan daya beli masyarakat, pasar jaringan minimarket mereka terus meluas hingga ke pelbagai pelosok daerah.

ANALISIS DAN PEMBAHASAN

Pada laporan keuangan 2010, penjualan PT Modern Internasional Tbk, induk perusahaan PT Modern Putra Indonesia yang dulunya pemegang merek Fuji Film, mencapai Rp733 miliar. Sepuluh persen di antaranya berasal dari gerai 7-Eleven. Pada akhir 2010, jumlah outlet mencapai 21 outlet dan saat ini sudah mencapai 41 outlet. Bagaimana perusahaan asing ini dapat merebut hati masyarakat Indonesia, khususnya kaum muda. Apa strategi pemasaran 7-Eleven di Indonesia?.
Berikut ini analisis saya mengenai strategi pemasaran 7-Eleven berdasarkan kajian teori pemasaran yang sudah di pelajari. Dan pembahasan disini adalah mengacu pada teori STP (Segmentasi,Targeting,Positioning), Deferensiasi, Dan Marketing MIX (Produk,Harga, Distribusi,Promosi).

Analisis STP

1.      Segmentasi
Berdasarkan data diatas, data terbaru penduduk Indonesia menunjukkan lebih besar pada usia antara 17-34 tahun. Kejelian 7 Eleven dalam melihat peluang ini adalah dengan membidik segmen pasar dari segi demografis adalah membidik kalangan masyarakat berusia muda. Seperti kita ketahui nongkrong di kafe atau restoran siap saji usai bubaran sekolah, kuliah atau pulang kerja, belakangan ini merupakan tren gaya hidup remaja dan eksekutif.

2.      Targeting
Target konsumen yang di bidik oleh 7Eleven disini sangatlah sesuai dengan segmen pasar yang di pilih yaitu adalah anak muda, pelajar, karyawan, dan keluarga.di mana Sebagian besar di antara mereka datang tidak sendirian, tapi bersama teman atau rombongan.

3.      Positioning
Positioning mereka adalah penyedia tempat nongkrong ,sosialisasi dan community store yang mengutamakan kenyamanan. Tampaknya positioning ini cukup efektif di komunikasikan sebagai keunggulan 7 Eleven yang berbeda di banding tempat nongkrong yang lain seperti J-co dan Starbuck. konsep ruang yang terang dan bersih, display barang yang menarik, konsep self sevice, inovasi menarik, pelayan ramah dan helpful, serta kemerdekaan untuk nongkrong kapan saja dan selama apapun tanpa diusir satpam atau ditunggu antrian menjadi alasan utama konsumen datang ke 7 Eleven.

Analisis Marketing MIX
1.      Produk
Selain menjual aneka produk Consumer good, 7-Eleven juga menjual produk-produk andalannya. Produk yang ditawarkan adalah produk-produk yang diminati masyarakat Jakarta, seperti Slurpee, Gulp, Big Gulp, Big Bite, Hot Dog, Rice Bowl, Katsu, Spaghetti, Fetuccini, dan bakery yang merupakan makanan siap saji segar. Menu-menu di atas adalah menu makanan cepat saji yang diminati pelanggan dan Hal inilah yang membuat outlet tersebut menjadi berbeda dengan para pesaingnya, Perbedaan yang yang dapat di deferensiasikan dengan kuat adalah dimana konsumen yang berkunjung dapat dengan bebas meracik sendiri komposisi makanan yang akan di belinya.

2.      Harga
Harga produk di 7-Eleven dijual dengan harga terjangkau, fresh, segar, dan tersedia setiap saat. Hal ini dinilai telah sesuai dengan pasar sasarannya yang didominasi kaum muda yang belum mempunyai penghasilan tinggi, waralaba ini mematok harga yang cukup terjangkau.

3.      Distribusi
Pemilihan tempat bagi gerai 7 Eleven adalah membuka gerai di daerah pemukiman yang strategis dengan outlet yang standar operasi yang relatif sama di beberapa tempat. Bila melihat keadaan di jalanan kota-kota besar yang sering kali macet ada baiknya jika 7 Eleven membuat gerai di pinggir jalan yang mudah terlihat agar pengendara yang sehabis pulang kerja dapat singgah sambil menunggu kemacetan pada jam-jam sibuk terurai.

4.      Promosi
Walaupun 7-Eleven tidak pernah beriklan di televisi, media elektronik, maupun media cetak, Namun merek 7-Eleven yang kini sudah tidak asing lagi. Hal ini di karenakan manajemen berhasil memberikan sebuah pengalaman yang berkesan bagi para pengunjungnya. Misalnya, bila ke 7Eleven Anda akan disuguhi keju cair secara cuma-cuma dengan begitu maka akan terciptalah Word Of Mouth yang baik. Presiden Direktur PT Modern Putra Indonesia, Henri Honoris mengatakan bahwa perusahaan hanya memanfaatkan media sosial, seperti Facebook dan Twitter untuk promosi. 7-Eleven mempunyai lebih dari 42 ribu follower dan juga lebih dari delapan ribu fans di Facebook.

Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisis terhadap kasus pemasaran 7 Eleven maka dapat di simpulkan bahwa kunci utama dalam keberhasilan 7 eleven dalam usahanya memenangkan persaingan adalah pengetahuan yang kuat tentang pasar yang dilayani. Disini, pengelola merek harus memahami perilaku konsumennya maupun perilaku dan strategi yang dijalankan oleh para pemain yang ada. Selain itu perusahaan juga menjalankan teori STP, Diferensiasi dan Marketing Mix dengan baik sehingga 7 Eleven ini sukses.
Saran
Selain memamfaatkan situs jejaring sosial, 7 Eleven juga harus memanfaatkan jaringan media untuk mempromosikan bisnisnya kepada masyarakat. Terutama Televisi, karena sangat sulit untuk menjadi produk yang di kenal nasional tanpa beriklan di Televisi.

Daftar Pustaka
http://wartaekonomi.co.id/berita12664/strategi-kunci-sukses-7eleven-indonesia-1.html
http://risetpemasaran.blogspot.com/2012/07/studi-kasus-siasat-7eleven-masuk.html


Tidak ada komentar:

Posting Komentar