Konsep Penalaran Ilmiah dalam Kaitannya dengan Penulisan Ilmiah
Penalaran Ilmiah
Seperti yang sudah
dibahas sebelumnya, pengertian penalaran adalah sebagian hasil dari cara kita
berfikir , penalaran biasanya berhubungan dengan logika. Penalaran berkaitan
erat dengan bagaimana manusia mencapai kesimpulan-kesimpulan tertentu baik dari
premis langsung maupun tidak langsung. Penalaran dan pemecahan masalah biasanya
adalah topik-topik yang sangat erat hubungannya dengan aspek-aspek yang secara
umum berhubungan dengan berpikir. Penalaran ada 2 jenis yaitu : penalaran
induktif dan penalaran deduktif. Penalaran ilmiah menjadi bagian penting dalam
membuat penulisan ilmiah,dan penalaran yang dimaksud adalah penalaran logis
yang mengesampingkan unsur emosi, sentimen pribadi atau sentimen kelompok.
Penalaran
Ilmiah sendiri dapat dibagi menjadi 2, yaitu :
1. Deduktif yang berujung pada
rasionalisme
2. Induktif yang berujung pada
empirisme
Penulisan Ilmiah
Penulisan ilmiah
adalah karya tulis yang disusun oleh seorang penulis berdasarkan hasil-hasil
penelitian ilmiah yang telah dilakukannya. Dari definisi yang lain dikatakan
bahwa karya ilmiah (scientific paper) adalah laporan tertulis dan dipublikasi
yang memaparkan hasil penelitian atau pengkajian yang telah dilakukan oleh
seseorang atau sebuah tim dengan memenuhi kaidah dan etika keilmuan yang
dikukuhkan dan ditaati oleh masyarakat keilmuan.
Dari pengertian tersebut
secara awal kita dapat mengenal salah satu ciri khas karya ilmiah adalah lewat
bentuknya yakni tertulis, baik di buku, jurnal, majalah, surat kabar, maupun
yang tersebar di internet, di samping ciri lain yang mesti dipenuhi dalam
sebuah karya ilmiah.
Macam-macam Karya Tulis Ilmiah
Sesuai dengan
cirinya yang tertulis tadi, maka karya tulis ilmiah dapat berwujud dalam bentuk
makalah (dalam seminar atau simposium), artikel, laporan praktikum, skripsi,
tesis, dan disertasi, yang pada dasarnya kesemuanya itu merupakan produk dari
kegiatan ilmuwan. Data, simpulan, dan informasi lain yang terkandung dalam
karya ilmiah tersebut dijadikan acuan (referensi) bagi ilmuwan lain dalam
melaksanakan penelitian atau pengkajian selanjutnya.
MAKALAH
Makalah, adalah
karya ilmiah yang membahas suatu pokok persoalan, sebagai hasil penelitian atau
sebagai hasil kajian yang disampaikan dalam suatu pertemuan ilmiah (seminar)
atau yang berkenaan dengan tugas-tugas perkuliahan yang diberikan oleh dosen
yang harus diselesaikan secara tertulis oleh mahasiswa.
SKRIPSI
Skripsi, adalah
karya ilmiah yang ditulis berdasarkan hasil penelitian lapangan atau kajian
pustaka dan dipertahankan di depan sidang ujian (munaqasyah) dalam rangka
penyelesaian studi tingkat Strata Satu (S1) untuk memperoleh gelar Sarjana.
TESIS
Tesis, adalah karya
ilmiah yang ditulis dalam rangka penyelesaian studi pada tingkat program Strata
Dua (S2), yang diajukan untuk dinilai oleh tim penguji guna memperoleh gelar
Magister. Pembahasan dalam tesis mencoba mengungkapkan persoalan ilmiah
tertentu dan memecahkannya secara analisis kristis.
DISERTASI
Disertasi, adalah
karya ilmiah yang ditulis dalam rangka penyelesaian studi pada tingkat Strata
Tiga (S3) yang dipertahankan di depan sidang ujian promosi untuk memperoleh
gelar Doktor (Dr.). Pembahasan dalam disertasi harus analitis kritis, dan
merupakan upaya pendalaman dan pengembangan ilmu pengetahuan yang ditekuni oleh
mahasiswa yang bersangkutan, dengan menggunakan pendekatan multidisipliner yang
dapat memberikan suatu kesimpulan yang berimplikasi filosofis dan mencakup
beberapa bidang ilmiah.
ARTIKEL
Artikel, merupakan
karya tulis lengkap, seperti laporan berita atau esai di majalah, surat kabar,
dan sebagainya (KBBI 2002: 66). Artikel adalah sebuah karangan prosa yang
dimuat dalam media massa, yang membahas isu tertentu, persoalan, atau kasus
yang berkembang dalam masyarakat secara lugas (Tartono 2005: 84).
Artikel merupakan:
karya tulis atau karangan; karangan nonfiksi; karangan yang tak tentu
panjangnya; karangan yang bertujuan untuk meyakinkan, mendidik, atau menghibur;
sarana penyampaiannya adalah surat kabar, majalah, dan sebagainya; wujud
karangan berupa berita atau “karkhas” (Pranata 2002: 120).
Artikel mempunyai
dua arti: (1) barang, benda, pasal dalam undang- undang dasar atau anggaran
dasar; (2) karangan, tulisan yang ada dalam surat kabar, majalah, dan
sebagainya. Tetapi, kita akan lebih jelas lagi dengan penguraian Webster`s
Dictionary yang mengartikan bahwa artikel adalah a literary compositon in a
journal (suatu komposisi atau susunan tulisan dalam sebuah jurnal atau
penerbitan atau media massa). Sejak tahun 1980 para jurnalis Amerika sepakat
untuk memakai istilah artikel bagi tulisan yang berisi pendapat, sikap, atau
pendirian subjektif mengenai masalah yang sedang dibahas disertai dengan alasan
dan bukti yang mendukung pendapatnya.
Kaitan Penalaran Ilmiah dalam Penulisan Ilmiah
Karya tulis ilmiah
adalah tulisan yang didasari oleh pengamatan, peninjauan atau penelitian dalam
bidang tertentu, disusun menurut metode tertentu dengan sistematika penulisan
yang bersantun bahasa dan isinya dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya.
Atas dasar itu,
sebuah karya tulis ilmiah harus memenuhi tiga syarat:
1) Isi kajiannya berada pada lingkup pengetahuan ilmiah
2) Langkah pengerjaannya dijiwai atau menggunakan metode ilmiah
3) Sosok tampilannya sesuai da telah memenuhi persyaratan sebagai
suatu sosok tulisan keilmuan.
Dari pengertian
tersebut dapat diketahui bahwa penalaran menjadi bagian penting dalam proses
melahirkan sebuah karya ilmiah. Penalaran dimaksud adalah penalaran logis yang
mengesampingkan unsur emosi, sentimen pribadi atau sentimen kelompok. Oleh
karena itu, dalam menyusun karya ilmiah metode berpikir keilmuan yang
menggabungkan cara berpikir/penalaran induktif dan deduktif, sama sekali tidak
dapat ditinggalkan.
Metode berpikir
keilmuan sendiri selalu ditandai dengan adanya:
1) Argumentasi teoritik yang benar, sahih dan relevan
2) Dukungan fakta empiric
3) Analisis kajian yang mempertautkan antara argumentasi teoritik
dengan fakta empirik terhadap permasalahan yang dikaji.
Dari uraian di atas
dapatlah disimpulkan bahwa suatu tulisan sebagai hasil proses bernalar mungkin
merupakan hasil proses deduksi, induksi, atau gabungan keduanya. Dengan
demikian suatu paparan dapat bersifat deduktif, induktif, atau gabungan antara
kedua sifat tersebut. Suatu tulisan yang bersifat deduktif dibuka dengan suatu
pernyataan/umum berupa kaidah, peraturan, teori, atau pernyataan umum lainnya.
Dalam praktek
proses deduktif dan induktif itu diwujudkan dalam satuan--satuan tulisan yang
merupakan paragraf. Di dalam paragraf suatu pernyataan umum membentuk kalimat
utama yang mengandung gagasan utama yang dikernbangkan dalarn paragraf itu.
Dengan demikian ada paragraf deduktif dengan kalimat utama pada awal paragraf,
paragraf induktif dengan kalimat utama. Proses deduktif dan induktif itu juga
diterapkan dalam mengembangkan seluruh karangan. Paragraf-paragraf deduktif dan
induktif mungkin dipergunakan secara bergantian, bergantung kepada gaya yang
dipilih penulis sesuai dengan efek dan tekanan yang ingin diberikannya. Karya
ilmiah merupakan sintesis antara proses deduktif dan induktif, Kedua proses itu
terlihat secara jelas. Namun dalam penulisan ilmiah sering terjadi kekeliruan
dalam proses berfikir atau yang biasa disebut salah nalar.
Salah Nalar,
Pengertian dan Macamnya
Salah nalar
(reasioning atau logical fallacy) adalah kekeliruan dalam proses berpikir
karena keliru menafsirkan atau menarik kesimpulan. Kekeliruan ini dapat terjadi
karena faktor emosional, kecerobohan atau ketidaktahuan.
Contoh sederhana:
Seseorang
mengatakan, ”Di sekolah, Bahasa Indonesia merupakan mata pelajaran yang
terpenting. Tanpa menguasai Bahasa Indonesia seorang siswa tidak mungkin dapat
memahami mata pelajaran lainnya dengan baik.”
Pernyataan tersebut
tidaklah tepat. Bahwa Bahasa Indonesia merupakan mata pelajaran penting, memang
benar. Tetapi kalau dikatakan terpenting, tampaknya perlu dipertanyakan.
Salah tafsir dapat
terjadi karena kekeliruan induktif, deduktif, penafsiran relevansi dan
peggunaan otoritas yang berlebihan.
Salah nalar dapat
dibedakan atas 5(lima) macam:
1. Generalisasi yang terlalu luas
Salah nalar ini terjadi karena kurangnya data yang dijadikan
dasar generalisasi, sikap menggampangkan, malas mengumpulkan dan menguji data
secara memadai, atau ingin segera meyakinkan orang lain dengan bahan yag
terbatas. Paling tidak ada dua kesalahan generalisasi yang muncul:
a)
Generalisasi sepintas (Hasty or
sweeping generalization)
Kesalahan terjadi karena penulis
membuat generalisasi berdasarkan data atau evidensi yang sangat sedikit.Contoh:
Semua anak yang jenius akan sukses dalam belajar.
Pernyataan tersebut tidaklah benar,
karena kejeniusan atau tingkat intelegensi yang tinggi bukan satu-satunya
faktor penentu kesuksesan belajar anak. Karena masih banyak faktor penentu lain
yang teribat seperti: motivasi belajar, sarana prasarana belajar, keadaan
lingkungan belajar, dan sebagainya.
b)
Generalisasi apriori
Salah nalar ini terjadi ketika
seorang penulis melakukan generalisasi atas gejala atau peristiwa yang belum
diuji kebenaran atau kesalahannya. Kesalahan corak penalaran ini sering
ditimbulkan oleh prasangka. Karena suatu anggota dari suatu suatu kelompok,
keluarga, ras atau suku, agama, negara, organisasi, dan pekerjaan atau profesi,
melakukan satu atau beberapa kesalahan, maka semua anggota kelompok itu
disimpulkan sama. Contoh: Semua pejabat pemerintah korup; Para remaja sekarang
rusak moralnya; Zaman sekarang, tidak ada orang berbuat tanpa pamrih; dan
sebagainya.
2. Kerancuan analogi
Kerancuan analogi disebabkan karena penggunaan analogi yang
tidak tepat. Dua hal yang diperbandingkan tidak memiliki kesamaan esensial
(pokok).
Contoh: ”Negara adalah kapal yang berlayar menuju tanah harapan.
Jika nahkoda setiap kali harus meminta anak buahnya dalam menentukan arah
berlayar, maka kapal itu tidak akan kunjung sampai. Karena itu demokrasi
pemerintahan tidak diperlukan, karena menghambat.”
3. Kekeliruan kasualitas (sebab akibat)
Kekeliruan kasualitas terjadi karena kekeliruan menentukan
sebab.
Contoh:
a.
Saya tidak bisa berenang, karena
tidak ada satupun keluarga saya yang dapat berenang.
b.
Saya tidak dapat mengerjakan ujian
karena lupa tidak sarapan
4. Kesalahan relevansi
Kesalahan relevansi akan terjadi apabila bukti yang diajukan
tidak berhubungan atau tidak menunjang sebuah kesimpulan. Corak kesalahan ini
dapat dirinci menjadi 3 (tiga) macam:
a)
Pengabaian persoalan (ignoring the
question)
Contoh: Korupsi di Indonesia tidak
bisa diberantas, karena pemerintah tidak memiliki undang-undang khusus tentang
hal itu.
b)
Penyembunyian persoalan (biding the
question)
Contoh: Tidak ada jalan lain untuk
memberantas korupsi kecuali pemerintah menaikkan gaji pegawai negeri.
c)
Kurang memahami persoalan
Salah nalar ini terjadi karena
penulis mengemukakan pendapat tanpa memahami persoalan yang dihadapi dengan
baik. Sehingga pendapat yang disampaikan tidak mengena atau berputar-putar dan
tidak menjawab secara benar atau persoalan yang terjadi.
5. Penyandaran terhadap prestise seseorang
Salah nalar disini terjadi karena penulis menyandarkan pada
pendapat seseorang yang hanya karena orang tersebut terkenal atau sebagai tokoh
masyarakat namun bukan ahlinya. Agar tidak terjadi salah nalar karena faktor
penyebab ini, maka perlu di patuhi rambu-rambu sebagai berikut:
a)
Orang itu diakui keahliannya oleh
orang lain
b)
Pernyataan yang dibuat berkenaan
dengan keahliannya, dan relevan dengan persoalan yang dibahas.
c)
Hasil pemikirannya dapat diuji
kebenarannya
Hal tersebut mengindikasikan kita sebagai penulis tidak boleh
asal mengutip semata-mata karena orang tersebut merupakan orang terpandang,
terkenal atau kaya raya dan baik status sosial ekonominya.
Daftar Pustaka :
http://hadi27.wordpress.com/penalaran-dalam-penulisan-karya-ilmiah/
*sumber diakses pada tanggal 19/3/2014
*sumber diakses pada tanggal 19/3/2014
Tidak ada komentar:
Posting Komentar