PENGARUH BUDAYA DALAM PERILAKU KONSUMEN
Definisi
Dalam kaitannya dengan perilaku
konsumen, budaya dapat didefinisikan sebagai sejumlah total dari beliefs,
values, dan customs yang dipelajari yang ditujukan pada perilaku
konsumen dari anggota masyarakat tertentu.
Lebih luas lagi, baik values maupun
beliefs merupakan konstruk mental yang mempengaruhi sikap yang kemudian
berpengaruh terhadap kecenderungan seseorang untuk bertindak terhadap perilaku
tertentu.Contohnya : seseorang memilih antara merk jam guess atau Alexander
Christtie ketika memilih, dia akan menggunakan values dan beliefs yang berupa
persepsi terhadap kualitas yang akan didapat dan persepsi mengenai seberapa
terkenal dan banyaknya orang yang menggunakan produk tersebut.
Berbeda dengan values dan beliefs yang
menjadi pedoman berperilaku,customs atau kebiasaan terdiri dari perilaku rutin
sehari-hari yang merupakan cara berilaku yang dapat diterima. Contohnya :
memberikan bubuk sirup kedalam gelas berisi air putih.
Dengan memahami beberapa bentuk budaya
dari masyarakat, dapat membantu penjual atau produsen dalam memprediksi
penerimaan konsumen terhadap produk mereka. Mulai dari bagaimana tanggapan
konsumen, reaksi konsumen, ataupun kritik dari konsumennya. Pengaruh budaya
sangat alami dan otomatis sehingga pengaruhnya terhadap perilaku sering
diterima begitu saja, atau dalam kata lainnya pengaruh ini sangat tidak
disadari oleh masyarakat, barulah ketika kita berhadapan dengan masyarakat yang
memiliki budaya, nilai dan kepercayaan yang berbeda dengan kita, kita baru
menyadari bagaimana budaya telah membentuk perilaku kita. Yang kemudian akan
muncul apresiasi terhadap budaya kita sendiri bila kita berhadapan dengan
budaya yang berbeda. Misalnya, di budaya yang bisa melakukan pernikahan sesame
jenis tentu akan merasa bahwa itu budaya yang tidak masuk akal dan merupakan
hal yang tidak baik dibandingkan dengan budaya yang memang melarang keras
hubungan sesama jenis.
Konsumen melihat diri mereka sendiri
dan bereaksi terhadap lingkungan mereka, karena setiap individu mempersepsikan
dunia dengan pendapat dan cara pandang masing- masing.Singkatnya, budaya
dapat memuaskan kebutuhan, budaya bisa dipelajari, dan yang paling penting
adalah budaya berkembang, karena semakin berkembangnya budaya atau yang biasa kita
dengar dengan istilah Up To Date maka akan semakin berkembang pula daya beli
seseorang.
Sejumlah tentang budaya menurut para
ahli :
Kebudayaan sangat erat hubungannya
dengan masyarakat. Melville J. Herskovits dan Bronislaw
Malinowski mengemukakan bahwa segala sesuatu yang terdapat dalam masyarakat
ditentukan oleh kebudayaan yang dimiliki oleh masyarakat itu sendiri. Untuk
dapat berkomunikasi secara efektif dengan konsumen, produsen atau penjual
sebaiknya menggunakan simbol untuk menyampaikan citra dari suatu produk atau
jasa. Simbol ini bisa berarti verbal maupun nonverbal. Simbol yang verbal
biasanya menggunakan televisi, pengumuman atau iklan di majalah. Simbol
nonverbal biasanya menggunakan warna, bentuk,dll. Namun simbol memiliki
beberapa arti sehinggan kita harus benar-benar meyakinkan bahwa simbol itu
dapat mewakili gambaran tentang produk tersebut atau citra.
Dari berbagai definisi tersebut, dapat
diperoleh pengertian mengenai kebudayaan adalah sesuatu yang akan mempengaruhi
tingkat pengetahuan dan meliputi sistem ide atau gagasan yang terdapat dalam
pikiran manusia, sehingga dalam kehidupan sehari-hari, kebudayaan itu bersifat
abstrak. Sedangkan perwujudan kebudayaan adalah benda-benda yang diciptakan
oleh manusia sebagai makhluk yang berbudaya, berupa perilaku dan benda-benda
yang bersifat nyata, misalnya pola-pola perilaku, bahasa, peralatan hidup,
organisasi sosial, religi, seni, dan lain-lain, yang kesemuanya ditujukan untuk
membantu manusia dalam melangsungkan kehidupan bermasyarakat.
Berdasarkan wujudnya tersebut,
kebudayaan dapat digolongkan atas dua komponen utama:
·
Kebudayaan
material
Kebudayaan
material mengacu pada semua ciptaan masyarakat yang nyata, konkret. Termasuk
dalam kebudayaan material ini adalah temuan-temuan yang dihasilkan dari suatu
penggalian arkeologi: mangkuk tanah liat, perhisalan, senjata, dan seterusnya.
Kebudayaan material juga mencakup barang-barang, seperti televisi, pesawat
terbang, stadion olahraga, pakaian, gedung pencakar langit, dan mesin cuci.
·
Kebudayaan
nonmaterial
Kebudayaan
nonmaterial adalah ciptaan-ciptaan abstrak yang diwariskan dari generasi ke generasi,
misalnya berupa dongeng, cerita rakyat, dan lagu atau tarian tradisional.
Mitos dan Ritual Kebudayaan
Kehidupan kita tidak terlepas dari
kebudayaan yang merupakan aktualisasi interaksi antar unsur yang mengisi setiap
segi kehidupan. Hasil aktualisasi ini kemudian menjadi pegangan kehidupan bagi
generasi berikutnya. Seiring berjalannya waktu, banyak dari kebudayaan ini
mengalami modifikasi bahkan hilang. Salah satu penyebab dari hal ini yaitu
pemikiran manusia yang semakin rasional sehingga mereka berusaha untuk mencari
jawaban dari berbagai ritual budaya tersebut. Mitos merupakan dasar dari
kebudayaan, dimana kata mitos berasal dari bahasa Yunani yaitu muthos yang
berarti cerita atau sesuatu yang dikatakan seseorang. Mitos memiliki keunikan
dan perbedaan mendasar dari cerita rakyat, didalam mitos terkandung makna –
makna yang dihadirkan lewat simbol – simbol yang mengungkap asal – usul
masyarakat. Namun mitos bukanlah suatu cerita sejarah karena tidak memuat unsur
ruang dan waktu tertentu.
Kehadiran mitos bisa berbeda mengikuti
kekhasan budaya pada suatu tempat, pada mulanya mitos merupakan salah satu cara
untuk menyampaikan pedoman dan arah kehidupan masyarakat. Dimana mitos
menceritakan proses perubahan suatu keadaan, dunia kosong menjadi berpenghuni,
asal – usul manusia, binatang dan tumbuhan sehingga dengan cerita ini mitos
memiliki fungsi sebagai sarana untuk melindungi dan memperkuat moralitas,
keyakinan dan kepercayaan serta peraturan – peraturan lain sebagai tuntunan
masyarakat. Namun dewasa ini, mitos tidak lagi mampu menyampaikan makna yang
sesungguhnya. Pandangan mitos sekarang ini hanya sekedar pemaknaan dangkal dan
hanya mewakili dari yang tampak. Sayangnya keadaan ini sudah berlangsung lama
dan menjadi konsumsi massa.
Memang hal klasik yang terjadi di dunia
adalah salah dan benar, iya dan tidak serta positif dan negatif. Begitupun yang
terjadi dengan mitos yang kemudian dalam perkembangannya lebih mengarah kearah
yang negatif. Masyarakat yang merupakan komunitas “pengguna” mitos, diwajibkan
oleh penguasa untuk mempertahankan mitos yang sudah dimodifikasi sedemikian
rupa sehingga unsur pengagungan dan kesetiaan yang berlebihan menjadi sangat
kental. Kepatuhan masyarakat merupakan sarana politik yang berperan untuk
menjalankan kepentingan penguasa. Mitos memiliki daya tarik yang kuat,
masyarakat “menelan” nilai – nilai ini tanpa pertimbangan dengan anggapan itu
berfungsi juga sebagai pengungkapan kepentingan mereka (masyarakat). Contohnya
adalah mitos raja sebagai keturunan dewa, raja digambarkan keluar dari laut
yang terbelah atau turun dari gunung yang tinggi. Raja juga biasanya memiliki
simbol, baik berupa benda seperti keris, tongkat, bendera dan mahkota. Maupun
simbol berupa kekuatan magis yang sakti dan identik dengan fungsinya sebagai
penguasa. Hal ini merupakan salah satu cara penguasa untuk memberikan
legimitasi dan eksistensi kekuasannya.
Ini merupakan suatu dilema besar dalam
masyarakat kini yang memiliki perkembangan pesat baik dalam hal pola
pikir maupun budaya yang mengarah kearah rasionalitas dan realitas. Mitos pada
masa ini sudah membagi masyarakat kedalam dua kelompok yang maju dan yang masih
berkubang dalam fantasi masa lalu. Mitos yang pada awal kemunculannya ditujukan
untuk kemaslahatan masyarakat namun dalam perjalanannya banyak mendapat
pengaruh dari penguasa sehingga membuat masyarakat terlena. Sekarang mitos
hanya menjadi kenangan kejayaan masa lampau dan pelarian dari dunia nyata
sehingga masyarakat terjerat dalam kubangan mimpi. Jika pola pikir ini terus
dipertahankan maka akan menjadi tembok besar dalam upaya perkembangan
masyarakat itu sendiri.
Ritual kebudayaan merupakan
kegiatan-kegiatan rutin yang dilakukan oleh kelompok masyarakat. Ritual Budaya
sebagai urutan-urutan tindakan yang terstandarisasi yang secara periodik
diulang, memberikan arti dan meliputi penggunaan simbol-simbol budaya ( Mowen,
1995).
Ritual budaya bukan sekedar kebiasaan
yang dilakukan seseorang, tetapi hal ini dilakukan dengan serius dan formal,
yang memerlukan intensitas mendalam dari seseorang. Kebiasaan sering tidak
serius, kadang tidak pasti dan berubah saat ada stimulus berbeda yang lebih
menarik. Seringkali ritual budaya memerlukan benda-bendayang digunakan untuk
proses ritual, dan inilah yang bisa dibuat oleh pengusaha menjadi peluang ,
seperti acara ulang tahun yang biasanya ada lilin, roti tart, balon, permen,
sirup, dan lain-lain. Pesta perkawinan merupakan ritual budaya juga, sehingga
dapat menjadi peluang untuk ‘wedding organizer’ dan persewaan gedung, serta
peralatan dan perlengkapan pesta lainnya. Strategi iklan juga dapat dikaitkan
dengan ritual budaya seperti pada tema-tema perkawinan yang menonjolkan hadiah
‘berlian’ untuk pengantin perempuan, dan produk sarung untuk ritual keagamaan
dan ibadah.
Budaya dan Konsumsi
Produk mempunyai fungsi,
bentuk dan arti.ketika konsumen membeli suatu produk mereka berharap produk
tersebut menjalankan fungsi sesuai harapanya, dan konsumen terus membelinya hanya
bila harapan mereka dapat dipenuhi dengan baik, namun, bukan hanya fungsi yang
menentukan keberhasilan produk.produk juga harus memenuhi harapan tentang
norma, misalnya persyaratan dalam nutrisi makanan, crispy (renyah) untuk
makanan yang digoreng, makanan harus panas untuk steak hot place atau dingin
untuk agar-agar pencuci mult seringkali produk juga didukung dengan bentuk
tertentu untuk menekankan simbol funsi seperti 'Kristal Biru' pada detergen
untuk menjadi pakaian menjadi putih.produk juga memberi simbol makna dalam
masyarakat misal "Bayam" diasosiasikan dengan kekuatan dalam film
popeye atau makanan juga dapat disimpulkan sebagai hubungan keluarga yang erat
sehingga resep turun menurun keluarga menjadi andalan dalam memasak, misal iklan
sasa atau Ajinomoto. Produk dapat menjadi simbol dalam masyarakat untuk
menjadi ikon dalam ibadah agama.
Budaya merupakan sesuatu yang perlu
dipelajari karena konsumen tidak dilahirkan spontan mengenai nilai atau norma
kehidupan sosial mereka, tetapi mereka harus belajar tentang apa yang diterima
oleh keluarga, guru-guru dan teman di lingkungan mereka.namun dengan kemajuan
zaman yang sekarang ini banyak produk diarahkan pada kepraktisan, misal
anak-anak sekarang lebih suka makanan siap saji, seperti Chicken Nugget, Sossis
dan lainya karena kemudahan, terutama bagi wanita yang bekerja dan tidak
meiliki waktu banyak untuk mengolah makanan.
Budaya berkembang karena kita hidup
bersama orang lain dimasyarakat hidup dengan orang lain menimbulkan kebutuhan
untuk menentukan perilaku apa saja yang dapat diterima semua anggota
kelompok.Norma Budaya dilandasi oleh nilai-nilai, keyakinan dan sikap yang
dipegang oleh anggota kelompok masyrakat tertentu, sistem nilai mempunyai
dampak dalam perilaku membeli, misalnya orang yang memperhatikan masalah
kesehatan akan membeli makanan yang tidak mengandung bahan yang merugikan
kesehatanya.
Budaya pada giliranya akan mempengaruhi
pengembangan dalam implikasi pemasaran seperti perencanaan produk, promosi,
distribusi dan penetapan harga.untuk menegmbangkan strategi yang efektif
pemasar perlu mengidentifikasi aspek-aspek penting kebudayaan dan memahami
bagaimana mereka mempengaruhi konsumen.sebagaimana strategi dalam penciptaan
ragam produk, segmentasi pasar dan promosi yang dapat disesuaikan dengan budaya
masyarakat.
Beberapa
perubahan pemasaran yang dapat mempengaruhi kebudayaan seperti:
1. Tekanan pada kualitas
2. Peranan wanita yang berubah
3. Perubahan kehidupan keluarga
4. Sikap yang berubah terhadap kerja
dan kesengan
5. Waktu senggang yang meningkat
6. Pembelian secara implusif
7. Hasrat akan kenyamanan
Strategi Pemasaran dengan Memperhatikan Budaya
Beberapa strategi pemasaran bisa
dilakukan berkenaan dengan pemahaman budaya suatu masyarakat. Dengan memahami
budaya suatu masyarakat, pemasar dapat merencanakan strategi pemasaran pada
penciptaan produk, segmentasi dan promosi.
Segmentasi
Pasar Promosi
Implikasi dari sebuah segmentasi yang
dilakukan dibutuhkan strategi promosi yang difokuskan pada segmen sasaran
saja.Pemahaman budaya juga bisa dijadikan dasar untuk memposisikan produk
melalui iklan. Iklan dirancang sedemikian rupa, sehingga isinya memposisikan
produk untuk ritual-ritual budaya tertentu. Misalnya iklan produk berlian yang
dalam iklannya secara khusus menampilkan suasana perkawinan. Maksud iklan
tersebut adalah bahwa berlian adalah barang yang cocok untuk dijadikan hadiah
istimewa pada peristiwa perkawinan, atau acara-acara istimewa lainnya.
Tinjauan Sub-Budaya
Dalam tinjauan sub-budaya terdapat
beberapa konteks penilaian seperti:
Afeksi
dan Kognisi
Penilaian Afeksi dan Kognisi merupakan
penilaian terhadap suka atau tidak suka, perasaan emosional yang tindakannya
cenderung kearah berbagai objek atau ide serta kesiapan seseorang untuk
melakukan tindakan atau aktivitas.
Perilaku
Perilaku merupakan suatu bentuk
kepribadian yang dapat diartikan bentuk sifat-sifat yang ada pada diri
individu, yang ditentukan oleh faktor internal (motif, IQ, emosi, dan cara
berpikir) dan faktor eksternal (lingkungan fisik, keluarga, masyarakat, sekolah,
dan lingkungan alam).
Faktor
Lingkungan
Prinsip teori Gestalt ialah bahwa
keseluruhan lebih berarti daripada sebagian-bagian. Sedangkan teori lapangan
dari Kurt Lewin berpendapat tentang pentingnya penggunaan dan pemanfaatan
lingkungan.
Berdasarkan teori Gestalt dan lapangan
bahwa faktor lingkungan merupakan kekuatan yang sangat berpengaruh pada
perilaku konsumen.
Sub-Budaya dan Demografis
Berdasarkan analisa dari bagian-bagian
sub-budaya, menunjukkan bahwa sebenarnya ada variabel yang terbentuk dari
sub-budaya demografis yang menjelaskan karakteristik suatu populasi dan
dikelompokkan kedalam karakteristik yang sama.
Variabel yang termasuk kedalam
demografis, adalah:
·
Sub Etnis Budaya
·
Sub Budaya-agama
·
Sub Budaya
Geografis dan Regional
·
Sub Budaya Usia
·
Sub Budaya Jenis Kelamin
Lintas Budaya ( Cross Cultural Consumer Behavior )
Secara umum kebudayaan harus memiliki
tiga karakteristik, seperti:
Kebudayaan dipelajari, artinya:
kebudayaan yang dimiliki setiap orang diperoleh melalui keanggotaan mereka
didalam suatu kelompok yang menurunkan kebudayaannya dari suatu generasi ke
generasi berikutnya.
Kebudayaan bersifat kait-mengkait,
artinya : setiap unsur dalam kebudayaan sangat berkaitan erat satu sama lain,
misalnya: unsure agama berkaitan erat dengan unsure perkawinan, unsur bisnis
berkaitan erat dengan unsur status sosial.
Kebudayaan dibagikan, artinya:
prinsip-prinsip serta kebudayaan menyebar kepada setiap anggota yang lain dalam
suatu kelompok.
Mengembangkan ruang lingkup dari
nilai-nilai budaya sangatlah diperlukan karena merupakan aspek penting dalam
mengoptimalkan hasil pemasaran. Adapun yang harus diketahui oleh para pemasar
dalam mengembangkan nilai-nilai kebudayaan suatu negara adalah sebagai berikut :
·
Kehidupan Material: mengacu
pada kehidupan ekonomi, yakni apa yang dilakukan oleh manusia untuk memperoleh
nafkah.
·
Interaksi Sosial: interaksi
sosial membangun aturan-aturan yang dimainkan seseorang dalam masyarakat, serta
pola kekuasaan dan kewajiban mereka.
·
Bahasa: bahasa secara harfiah
yaitu kata-kata yang diucapkan, tetapi selain itu sebagai symbol komunikasi
dari waktu, ruang, benda-benda, persahabatan dan kesepakatan.
·
Estetika: meliputi seni (arts),
drama, musik, kesenian rakyat, dan arsitektur yang terdapat dalam masyarakat.
·
Nilai dan Sikap: setiap kultur
mempunyai seperangkat nilai dan sikap yang mempengaruhi hamper segenap aspek
perilaku manusia dan membawa keteraturan pada suatu masyarakat/individu-individunya.
·
Agama dan Kepercayaan: agama
mempengaruhi pandangan hidup, makna dan konsep suatu kebudayaan.
·
Edukasi: edukasi meliputi
proses penerusan keahlian, gagasan, sikap dan juga pelatihan dalam disiplin
tertentu.
·
Kebiasaan-kebiasaan dan Tata
Krama: kebiasaan (customs) adalah praktek-praktek yang lazim/mapan. Tata Krama
(manners) adalah perilaku-perilaku yang dianggap tepat pada masyarakat
tertentu.
·
Etika dan Moral: pengertian apa
yang disebut apa yang benar dan salah didasarkan pada kebudayaan.
Analisis Lintas Budaya
Analisis Lintas Budaya adalah
perbandingan sistematik dari berbagai similaritas dan perbedaan dalam
aspek-aspek fisik dan perilaku kultur.
Tujuan analisis ini adalah menentukan
apakah program pemasaran, dapat digunakan dalam satu atau lebih pasar asing
ataukah harus dimodifikasi untuk memenuhi kondisi lokal.
Bauran Pemasaran Dalam Lintas Budaya
Beberapa hal dalam pemasaran
internasional yang berkaitan dengan lintas budaya adalah bagaimana
mengorganisasikan perusahaan agar dapat menembus pasar luar negeri, bagaimana
keputusan masuk ke dalam pasar internasional, bagaimana merencanakan
standarisasi, bagaimana merencanakan produk, bagaimana merencanakan distribusi,
bagaimana merencanakan promosi, dan bagaimana menetukan harga produk.
Organisasi
Perusahaan
Terdapat tiga cara dalam menyusun
organisasi agar produk yang dihasilkan mampu menembus sasaran pasar luar
negeri. Adapun ketiga cara cara tersebut adalah:
1. perusahaan
tetap berada di dalam negeri, dan menjual produk ke luar negeri melalui proses
ekspor.
2. Perusahaan
dapat membuat perusahaan patungan dengan pihak dalam negeri pasar sasaran,
disebut juga cara aliansi strategis. Produk di buat dinegara dimana produk akan
dipasarkan.
3. Dengan
mendirikan perusahaan di negara dimana produk akan dipasarkan dan
kepemilikan tidak dibagi dengan pengusaha dalam negeri.
Rencana
Standarisasi
Perusahaan bermaksud memasarkan
produknya diluar negeri perlu merencanakan standarisasi produk yang dihasilkan.
Dalam hal ini, bukan berarti perusahaan harus membuat standar yang sama untuk
setiap negara yang akan dimasuki, tetapi standar perlu dibuat walaupun tidak
sama dengan setiap negara. Jika perusahaan bermaksud membuat standarisasi,
berarti perusahaan melakukan usaha pemasaran yang bersifat umum dan berlakudi
semua negara tujuan.
Perencanaan
Distribusi
Distribusi produk internasional
memerlukan jalur yang panjang. Perusahaan yang ingin menjual produk ke pasar
internasional memerlukan jalur distribusi fisik dan pergerakan produk. Dimensi
kultural sebuah negara membuat metode-metode distribusi tertentu dapat lebih
berhasil dibandingkan dengan yang lain.
Perencanaan
Promosi
Promosi yang dijalankan pada tahapan
pasar internasional, dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu promosi global dan
promosi lokal.
Alasan melakukan promosi glokal (global
dan lokal) adalah bahwa nama dan merek peruasaan perlu mendunia, tetapi secara
lokal merek perusahaan juga bisa diterima oleh berbagai budaya yang ada. Hal
ini didasarkan pada fakta bahwa disetiap negara terdapat perbedaan yang tidak
mungkin bisa disentuh oleh satu jenis iklan yang dipakai diseluruh pasar luar
negeri.
Praktek-praktek promosi khususnya
periklanan mungkin yang paling rentan terhadap kesalahan kultural. Akibatnya
iklan itu tidak mencapai sasaran yang diinginkan.
Contoh:
·
Colgate Palmolive Company
memperkenalkan pasta gigi merek “Cue” di Perancis, untuk kemudian menjumpai
bahwa kata “Cue” dalam Bahasa Perancis adalah kata porno.
·
Pepsi mengalami kesulitan di
Jerman dengan menggunakan iklan Amerika. Pada iklan tertulis “Come Drive,
You’re In The Pepsi Generations” yang dalam Bahasa Jerman berarti “Hidup
Setengah Mati”.
Penentuan Harga
Harga atas produk yang tersedia dibayar
konsumen tergantung pada nilai perkiraan dan aktual dari produk tersebut. Nilai
barang yang diimpor dari negara-negara barat misalnya dianggap lebih tinggi di
negara-negara sedang berkembang. Contohnya, orang India memandang bahwa
produk-produk impor lebih unggul dibandingkan dengan yang diproduksi secara
lokal. Karena alasan inilah, maka merek-merek Inggris dan Amerika dijual dengan
harga mahal.
Ciri khas budaya suatu bangsa mempunyai
pengaruh yang sangat dalam atas pola gaya hidup dan tingkah laku orang, dan
semuanya itu tercermin pada pasar. Kultur mempengaruhi setiap aspek pemasaran.
Perusahaan yang berorientasi pemasaran hendaknya mendasarkan
keputusan-keputusannya pada perspektif pelanggan.
Suatu kajian kultural untuk
keputusan-keputusan pemasaran internasional dapat dilakukan pada kajian makro
dan mikro. Tujuan kajian makro adalah mengidentifikasi iklim sosiologis umum
terhadap bisnis di sebuah negara, sikapnya terhadap orang asing dan produk
baru. Kajian mikro berkenaan dengan penafsiran dampak kultur terhadap
sekelompok orang tertentu didalam sebuah negara.
Perbedaan budaya memiliki dampak
terhadap keputusan pemasaran yang mempengaruhi produk, harga, distribusi daan
promosi. Analisis Lintas Kultural mengacu kepada perbandingan sistematis
berbagai perbedaan dalam aspek materi dan perilaku kultur. Dalam pemasaran,
analisis lintas kultural digunakan untuk mendapatkan suatu pengertian atas
segmen-segmen pasar di dalam dan di seberang batas-batas nasional.
Sumber :
Tidak ada komentar:
Posting Komentar