Jumat, 03 Januari 2014

TULISAN 12 SOFTSKILL (PERILAKU KONSUMEN)



PENGARUH BUDAYA DALAM PERILAKU KONSUMEN

Definisi 
Dalam  kaitannya dengan perilaku konsumen, budaya dapat didefinisikan sebagai sejumlah total dari beliefs, values, dan customs yang dipelajari yang ditujukan pada perilaku konsumen dari anggota masyarakat tertentu.
Lebih luas lagi, baik values maupun beliefs merupakan konstruk mental yang mempengaruhi sikap yang kemudian berpengaruh terhadap kecenderungan seseorang untuk bertindak terhadap perilaku tertentu.Contohnya : seseorang memilih antara merk jam guess atau Alexander Christtie ketika memilih, dia akan menggunakan values dan beliefs yang berupa persepsi terhadap kualitas yang akan didapat dan persepsi mengenai seberapa terkenal dan banyaknya orang yang menggunakan produk tersebut.
Berbeda dengan values dan beliefs yang menjadi pedoman berperilaku,customs atau kebiasaan terdiri dari perilaku rutin sehari-hari yang merupakan cara berilaku yang dapat diterima. Contohnya : memberikan bubuk sirup kedalam gelas berisi air putih.
Dengan memahami beberapa bentuk budaya dari masyarakat, dapat membantu penjual atau produsen dalam memprediksi penerimaan konsumen terhadap produk mereka. Mulai dari bagaimana tanggapan konsumen, reaksi konsumen, ataupun kritik dari konsumennya. Pengaruh budaya sangat alami dan otomatis sehingga pengaruhnya terhadap perilaku  sering diterima begitu saja, atau dalam kata lainnya pengaruh ini sangat tidak disadari oleh masyarakat, barulah ketika kita berhadapan dengan masyarakat yang memiliki budaya, nilai dan kepercayaan yang berbeda dengan kita, kita baru menyadari bagaimana budaya telah membentuk perilaku kita. Yang kemudian akan muncul apresiasi terhadap budaya kita sendiri bila kita berhadapan dengan budaya yang berbeda. Misalnya, di budaya yang bisa melakukan pernikahan sesame jenis tentu akan merasa bahwa itu budaya yang tidak masuk akal dan merupakan hal yang tidak baik dibandingkan dengan budaya yang memang melarang keras hubungan sesama jenis.

Konsumen melihat diri mereka sendiri dan bereaksi terhadap lingkungan mereka, karena setiap individu mempersepsikan dunia dengan pendapat dan cara pandang masing-  masing.Singkatnya, budaya dapat memuaskan kebutuhan, budaya bisa dipelajari, dan yang paling penting adalah budaya berkembang, karena semakin berkembangnya budaya atau yang biasa kita dengar dengan istilah Up To Date maka akan semakin berkembang pula daya beli seseorang.
Sejumlah tentang budaya menurut para ahli :
Kebudayaan sangat erat hubungannya dengan masyarakat. Melville J. Herskovits dan Bronislaw Malinowski mengemukakan bahwa segala sesuatu yang terdapat dalam masyarakat ditentukan oleh kebudayaan yang dimiliki oleh masyarakat itu sendiri. Untuk dapat berkomunikasi secara efektif dengan konsumen, produsen atau penjual sebaiknya menggunakan simbol untuk menyampaikan citra dari suatu produk atau jasa. Simbol ini bisa berarti verbal maupun nonverbal. Simbol yang verbal biasanya menggunakan televisi, pengumuman atau iklan di majalah. Simbol nonverbal biasanya menggunakan warna, bentuk,dll. Namun simbol memiliki beberapa arti sehinggan kita harus benar-benar meyakinkan bahwa simbol itu dapat mewakili gambaran tentang produk tersebut atau citra.
Dari berbagai definisi tersebut, dapat diperoleh pengertian mengenai kebudayaan adalah sesuatu yang akan mempengaruhi tingkat pengetahuan dan meliputi sistem ide atau gagasan yang terdapat dalam pikiran manusia, sehingga dalam kehidupan sehari-hari, kebudayaan itu bersifat abstrak. Sedangkan perwujudan kebudayaan adalah benda-benda yang diciptakan oleh manusia sebagai makhluk yang berbudaya, berupa perilaku dan benda-benda yang bersifat nyata, misalnya pola-pola perilaku, bahasa, peralatan hidup, organisasi sosial, religi, seni, dan lain-lain, yang kesemuanya ditujukan untuk membantu manusia dalam melangsungkan kehidupan bermasyarakat.
Berdasarkan wujudnya tersebut, kebudayaan dapat digolongkan atas dua komponen utama:
·         Kebudayaan material
Kebudayaan material mengacu pada semua ciptaan masyarakat yang nyata, konkret. Termasuk dalam kebudayaan material ini adalah temuan-temuan yang dihasilkan dari suatu penggalian arkeologi: mangkuk tanah liat, perhisalan, senjata, dan seterusnya. Kebudayaan material juga mencakup barang-barang, seperti televisi, pesawat terbang, stadion olahraga, pakaian, gedung pencakar langit, dan mesin cuci.

·         Kebudayaan nonmaterial
Kebudayaan nonmaterial adalah ciptaan-ciptaan abstrak yang diwariskan dari generasi ke generasi, misalnya berupa dongeng, cerita rakyat, dan lagu atau tarian tradisional.

Mitos dan Ritual Kebudayaan
Kehidupan kita tidak terlepas dari kebudayaan yang merupakan aktualisasi interaksi antar unsur yang mengisi setiap segi kehidupan. Hasil aktualisasi ini kemudian menjadi pegangan kehidupan bagi generasi berikutnya. Seiring berjalannya waktu, banyak dari kebudayaan ini mengalami modifikasi bahkan hilang. Salah satu penyebab dari hal ini yaitu pemikiran manusia yang semakin rasional sehingga mereka berusaha untuk mencari jawaban dari berbagai ritual budaya tersebut. Mitos merupakan dasar dari kebudayaan, dimana kata mitos berasal dari bahasa Yunani yaitu muthos yang berarti cerita atau sesuatu yang dikatakan seseorang. Mitos memiliki keunikan dan perbedaan mendasar dari cerita rakyat, didalam mitos terkandung makna – makna yang dihadirkan lewat simbol – simbol yang mengungkap asal – usul masyarakat. Namun mitos bukanlah suatu cerita sejarah karena tidak memuat unsur ruang dan waktu tertentu.
Kehadiran mitos bisa berbeda mengikuti kekhasan budaya pada suatu tempat, pada mulanya mitos merupakan salah satu cara untuk menyampaikan pedoman dan arah kehidupan masyarakat. Dimana mitos menceritakan proses perubahan suatu keadaan, dunia kosong menjadi berpenghuni, asal – usul manusia, binatang dan tumbuhan sehingga dengan cerita ini mitos memiliki fungsi sebagai sarana untuk melindungi dan memperkuat moralitas, keyakinan dan kepercayaan serta peraturan – peraturan lain sebagai tuntunan masyarakat. Namun dewasa ini, mitos tidak lagi mampu menyampaikan makna yang sesungguhnya. Pandangan mitos sekarang ini hanya sekedar pemaknaan dangkal dan hanya mewakili dari yang tampak. Sayangnya keadaan ini sudah berlangsung lama dan menjadi konsumsi massa.
Memang hal klasik yang terjadi di dunia adalah salah dan benar, iya dan tidak serta positif dan negatif. Begitupun yang terjadi dengan mitos yang kemudian dalam perkembangannya lebih mengarah kearah yang negatif. Masyarakat yang merupakan komunitas “pengguna” mitos, diwajibkan oleh penguasa untuk mempertahankan mitos yang sudah dimodifikasi sedemikian rupa sehingga unsur pengagungan dan kesetiaan yang berlebihan menjadi sangat kental. Kepatuhan masyarakat merupakan sarana politik yang berperan untuk menjalankan kepentingan penguasa. Mitos memiliki daya tarik yang kuat, masyarakat “menelan” nilai – nilai ini tanpa pertimbangan dengan anggapan itu berfungsi juga sebagai pengungkapan kepentingan mereka (masyarakat). Contohnya adalah mitos raja sebagai keturunan dewa, raja digambarkan keluar dari laut yang terbelah atau turun dari gunung yang tinggi. Raja juga biasanya memiliki simbol, baik berupa benda seperti keris, tongkat, bendera dan mahkota. Maupun simbol berupa kekuatan magis yang sakti dan identik dengan fungsinya sebagai penguasa. Hal ini merupakan salah satu cara penguasa untuk memberikan legimitasi dan eksistensi kekuasannya.
Ini merupakan suatu dilema besar dalam masyarakat kini yang memiliki perkembangan pesat baik dalam hal pola  pikir maupun budaya yang mengarah kearah rasionalitas dan realitas. Mitos pada masa ini sudah membagi masyarakat kedalam dua kelompok yang maju dan yang masih berkubang dalam fantasi masa lalu. Mitos yang pada awal kemunculannya ditujukan untuk kemaslahatan masyarakat namun dalam perjalanannya banyak mendapat pengaruh dari penguasa sehingga membuat masyarakat terlena. Sekarang mitos hanya menjadi kenangan kejayaan masa lampau dan pelarian dari dunia nyata sehingga masyarakat terjerat dalam kubangan mimpi. Jika pola pikir ini terus dipertahankan maka akan menjadi tembok besar dalam upaya perkembangan masyarakat itu sendiri.
Ritual kebudayaan merupakan kegiatan-kegiatan rutin yang dilakukan oleh kelompok masyarakat. Ritual Budaya sebagai urutan-urutan tindakan yang terstandarisasi yang secara periodik diulang, memberikan arti dan meliputi penggunaan simbol-simbol budaya ( Mowen, 1995).
Ritual budaya bukan sekedar kebiasaan yang dilakukan seseorang, tetapi hal ini dilakukan dengan serius dan formal, yang memerlukan intensitas mendalam dari seseorang. Kebiasaan sering tidak serius, kadang tidak pasti dan berubah saat ada stimulus berbeda yang lebih menarik. Seringkali ritual budaya memerlukan benda-bendayang digunakan untuk proses ritual, dan inilah yang bisa dibuat oleh pengusaha menjadi peluang , seperti acara ulang tahun yang biasanya ada lilin, roti tart, balon, permen, sirup, dan lain-lain. Pesta perkawinan merupakan ritual budaya juga, sehingga dapat menjadi peluang untuk ‘wedding organizer’ dan persewaan gedung, serta peralatan dan perlengkapan pesta lainnya. Strategi iklan juga dapat dikaitkan dengan ritual budaya seperti pada tema-tema perkawinan yang menonjolkan hadiah ‘berlian’ untuk pengantin perempuan, dan produk sarung untuk ritual keagamaan dan ibadah.

Budaya dan Konsumsi
Produk mempunyai fungsi, bentuk dan arti.ketika konsumen membeli suatu produk mereka berharap produk tersebut menjalankan fungsi sesuai harapanya, dan konsumen terus membelinya hanya bila harapan mereka dapat dipenuhi dengan baik, namun, bukan hanya fungsi yang menentukan keberhasilan produk.produk juga harus memenuhi harapan tentang norma, misalnya persyaratan dalam nutrisi makanan, crispy (renyah) untuk makanan yang digoreng, makanan harus panas untuk steak hot place atau dingin untuk agar-agar pencuci mult seringkali produk juga didukung dengan bentuk tertentu untuk menekankan simbol funsi seperti 'Kristal Biru' pada detergen untuk menjadi pakaian menjadi putih.produk juga memberi simbol makna dalam masyarakat misal "Bayam" diasosiasikan dengan kekuatan dalam film popeye atau makanan juga dapat disimpulkan sebagai hubungan keluarga yang erat sehingga resep turun menurun keluarga menjadi andalan dalam memasak, misal iklan sasa atau Ajinomoto. Produk dapat menjadi simbol dalam masyarakat untuk menjadi ikon dalam ibadah agama.
Budaya merupakan sesuatu yang perlu dipelajari karena konsumen tidak dilahirkan spontan mengenai nilai atau norma kehidupan sosial mereka, tetapi mereka harus belajar tentang apa yang diterima oleh keluarga, guru-guru dan teman di lingkungan mereka.namun dengan kemajuan zaman yang sekarang ini banyak produk diarahkan pada kepraktisan, misal anak-anak sekarang lebih suka makanan siap saji, seperti Chicken Nugget, Sossis dan lainya karena kemudahan, terutama bagi wanita yang bekerja dan tidak meiliki waktu banyak untuk mengolah makanan.

Budaya berkembang karena kita hidup bersama orang lain dimasyarakat hidup dengan orang lain menimbulkan kebutuhan untuk menentukan perilaku apa saja yang dapat diterima semua anggota kelompok.Norma Budaya dilandasi oleh nilai-nilai, keyakinan dan sikap yang dipegang oleh anggota kelompok masyrakat tertentu, sistem nilai mempunyai dampak dalam perilaku membeli, misalnya orang yang memperhatikan masalah kesehatan akan membeli makanan yang tidak mengandung bahan yang merugikan kesehatanya.
Budaya pada giliranya akan mempengaruhi pengembangan dalam implikasi pemasaran seperti perencanaan produk, promosi, distribusi dan penetapan harga.untuk menegmbangkan strategi yang efektif pemasar perlu mengidentifikasi aspek-aspek penting kebudayaan dan memahami bagaimana mereka mempengaruhi konsumen.sebagaimana strategi dalam penciptaan ragam produk, segmentasi pasar dan promosi yang dapat disesuaikan dengan budaya masyarakat.
Beberapa perubahan pemasaran yang dapat mempengaruhi kebudayaan seperti:
1. Tekanan pada kualitas
2. Peranan wanita yang berubah
3. Perubahan kehidupan keluarga
4. Sikap yang berubah terhadap kerja dan kesengan
5. Waktu senggang yang meningkat
6. Pembelian secara implusif
7. Hasrat akan kenyamanan

Strategi Pemasaran dengan Memperhatikan Budaya
Beberapa strategi pemasaran bisa dilakukan berkenaan dengan pemahaman budaya suatu masyarakat. Dengan memahami budaya suatu masyarakat, pemasar dapat merencanakan strategi pemasaran pada penciptaan produk, segmentasi dan promosi.
Segmentasi Pasar Promosi
Implikasi dari sebuah segmentasi yang dilakukan dibutuhkan strategi promosi yang difokuskan pada segmen sasaran saja.Pemahaman budaya juga bisa dijadikan dasar untuk memposisikan produk melalui iklan. Iklan dirancang sedemikian rupa, sehingga isinya memposisikan produk untuk ritual-ritual budaya tertentu. Misalnya iklan produk berlian yang dalam iklannya secara khusus menampilkan suasana perkawinan. Maksud iklan tersebut adalah bahwa berlian adalah barang yang cocok untuk dijadikan hadiah istimewa pada peristiwa perkawinan, atau acara-acara istimewa lainnya.

Tinjauan Sub-Budaya
Dalam tinjauan sub-budaya terdapat beberapa konteks penilaian seperti:
Afeksi dan Kognisi
Penilaian Afeksi dan Kognisi merupakan penilaian terhadap suka atau tidak suka, perasaan emosional yang tindakannya cenderung kearah berbagai objek atau ide serta kesiapan seseorang untuk melakukan tindakan atau aktivitas.
Perilaku
Perilaku merupakan suatu bentuk kepribadian yang dapat diartikan bentuk sifat-sifat yang ada pada diri individu, yang ditentukan oleh faktor internal (motif, IQ, emosi, dan cara berpikir) dan faktor eksternal (lingkungan fisik, keluarga, masyarakat, sekolah, dan lingkungan alam).
Faktor Lingkungan
Prinsip teori Gestalt ialah bahwa keseluruhan lebih berarti daripada sebagian-bagian. Sedangkan teori lapangan dari Kurt Lewin berpendapat tentang pentingnya penggunaan dan pemanfaatan lingkungan.

Berdasarkan teori Gestalt dan lapangan bahwa faktor lingkungan merupakan kekuatan yang sangat berpengaruh pada perilaku konsumen.

Sub-Budaya dan Demografis
Berdasarkan analisa dari bagian-bagian sub-budaya, menunjukkan bahwa sebenarnya ada variabel yang terbentuk dari sub-budaya demografis yang menjelaskan karakteristik suatu populasi dan dikelompokkan kedalam karakteristik yang sama.
Variabel yang termasuk kedalam demografis, adalah:
·         Sub Etnis Budaya
·         Sub Budaya-agama
·         Sub Budaya Geografis dan Regional
·         Sub Budaya Usia
·         Sub Budaya Jenis Kelamin

Lintas Budaya ( Cross Cultural Consumer Behavior )
Secara umum kebudayaan harus memiliki tiga karakteristik, seperti:
Kebudayaan dipelajari, artinya: kebudayaan yang dimiliki setiap orang diperoleh melalui keanggotaan mereka didalam suatu kelompok yang menurunkan kebudayaannya dari suatu generasi ke generasi berikutnya.
Kebudayaan bersifat kait-mengkait, artinya : setiap unsur dalam kebudayaan sangat berkaitan erat satu sama lain, misalnya: unsure agama berkaitan erat dengan unsure perkawinan, unsur bisnis berkaitan erat dengan unsur status sosial.
Kebudayaan dibagikan, artinya: prinsip-prinsip serta kebudayaan menyebar kepada setiap anggota yang lain dalam suatu kelompok.
Mengembangkan ruang lingkup dari nilai-nilai budaya sangatlah diperlukan karena merupakan aspek penting dalam mengoptimalkan hasil pemasaran. Adapun yang harus diketahui oleh para pemasar dalam mengembangkan nilai-nilai kebudayaan suatu negara adalah sebagai berikut :

·         Kehidupan Material: mengacu pada kehidupan ekonomi, yakni apa yang dilakukan oleh manusia untuk memperoleh nafkah.
·         Interaksi Sosial: interaksi sosial membangun aturan-aturan yang dimainkan seseorang dalam masyarakat, serta pola kekuasaan dan kewajiban mereka.
·         Bahasa: bahasa secara harfiah yaitu kata-kata yang diucapkan, tetapi selain itu sebagai symbol komunikasi dari waktu, ruang, benda-benda, persahabatan dan kesepakatan.
·         Estetika: meliputi seni (arts), drama, musik, kesenian rakyat, dan arsitektur yang terdapat dalam masyarakat.
·         Nilai dan Sikap: setiap kultur mempunyai seperangkat nilai dan sikap yang mempengaruhi hamper segenap aspek perilaku manusia dan membawa keteraturan pada suatu masyarakat/individu-individunya.
·         Agama dan Kepercayaan: agama mempengaruhi pandangan hidup, makna dan konsep suatu kebudayaan.
·         Edukasi: edukasi meliputi proses penerusan keahlian, gagasan, sikap dan juga pelatihan dalam disiplin tertentu.
·         Kebiasaan-kebiasaan dan Tata Krama: kebiasaan (customs) adalah praktek-praktek yang lazim/mapan. Tata Krama (manners) adalah perilaku-perilaku yang dianggap tepat pada masyarakat tertentu.
·         Etika dan Moral: pengertian apa yang disebut apa yang benar dan salah didasarkan pada kebudayaan.

Analisis Lintas Budaya
Analisis Lintas Budaya adalah perbandingan sistematik dari berbagai similaritas dan perbedaan dalam aspek-aspek fisik dan perilaku kultur.
Tujuan analisis ini adalah menentukan apakah program pemasaran, dapat digunakan dalam satu atau lebih pasar asing ataukah harus dimodifikasi untuk memenuhi kondisi lokal.

Bauran Pemasaran Dalam Lintas Budaya  
Beberapa hal dalam pemasaran internasional yang berkaitan dengan lintas budaya adalah bagaimana mengorganisasikan perusahaan agar dapat menembus pasar luar negeri, bagaimana keputusan masuk ke dalam pasar internasional, bagaimana merencanakan standarisasi, bagaimana merencanakan produk, bagaimana merencanakan distribusi, bagaimana merencanakan promosi, dan bagaimana menetukan harga produk.

Organisasi Perusahaan
Terdapat tiga cara dalam menyusun organisasi agar produk yang dihasilkan mampu menembus sasaran pasar luar negeri. Adapun ketiga cara cara tersebut adalah:
1.     perusahaan tetap berada di dalam negeri, dan menjual produk ke luar negeri melalui proses ekspor.
2.    Perusahaan dapat membuat perusahaan patungan dengan pihak dalam negeri pasar sasaran, disebut juga cara aliansi strategis. Produk di buat dinegara dimana produk akan dipasarkan.
3.    Dengan mendirikan perusahaan di negara dimana produk akan dipasarkan  dan kepemilikan tidak dibagi dengan pengusaha dalam negeri.
Rencana Standarisasi
Perusahaan bermaksud memasarkan produknya diluar negeri perlu merencanakan standarisasi produk yang dihasilkan. Dalam hal ini, bukan berarti perusahaan harus membuat standar yang sama untuk setiap negara yang akan dimasuki, tetapi standar perlu dibuat walaupun tidak sama dengan setiap negara. Jika perusahaan bermaksud membuat standarisasi, berarti perusahaan melakukan usaha pemasaran yang bersifat umum dan berlakudi semua negara tujuan.
Perencanaan Distribusi
Distribusi produk internasional memerlukan jalur yang panjang. Perusahaan yang ingin menjual produk ke pasar internasional memerlukan jalur distribusi fisik dan pergerakan produk. Dimensi kultural sebuah negara membuat metode-metode distribusi tertentu dapat lebih berhasil dibandingkan dengan yang lain.
Perencanaan Promosi
Promosi yang dijalankan pada tahapan pasar internasional, dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu promosi global dan promosi lokal.

Alasan melakukan promosi glokal (global dan lokal) adalah bahwa nama dan merek peruasaan perlu mendunia, tetapi secara lokal merek perusahaan juga bisa diterima oleh berbagai budaya yang ada. Hal ini didasarkan pada fakta bahwa disetiap negara terdapat perbedaan yang tidak mungkin bisa disentuh oleh satu jenis iklan yang dipakai diseluruh pasar luar negeri.
Praktek-praktek promosi khususnya periklanan mungkin yang paling rentan terhadap kesalahan kultural. Akibatnya iklan itu tidak mencapai sasaran yang diinginkan.
Contoh:
·         Colgate Palmolive Company memperkenalkan pasta gigi merek “Cue” di Perancis, untuk kemudian menjumpai bahwa kata “Cue” dalam Bahasa Perancis adalah kata porno.
·         Pepsi mengalami kesulitan di Jerman dengan menggunakan iklan Amerika. Pada iklan tertulis “Come Drive, You’re In The Pepsi Generations” yang dalam Bahasa Jerman berarti “Hidup  Setengah Mati”.

Penentuan Harga
Harga atas produk yang tersedia dibayar konsumen tergantung pada nilai perkiraan dan aktual dari produk tersebut. Nilai barang yang diimpor dari negara-negara barat misalnya dianggap lebih tinggi di negara-negara sedang berkembang. Contohnya, orang India memandang bahwa produk-produk impor lebih unggul dibandingkan dengan yang diproduksi secara lokal. Karena alasan inilah, maka merek-merek Inggris dan Amerika dijual dengan harga mahal.
Ciri khas budaya suatu bangsa mempunyai pengaruh yang sangat dalam atas pola gaya hidup dan tingkah laku orang, dan semuanya itu tercermin pada pasar. Kultur mempengaruhi setiap aspek pemasaran. Perusahaan yang berorientasi pemasaran hendaknya mendasarkan keputusan-keputusannya pada perspektif pelanggan.
Suatu kajian kultural untuk keputusan-keputusan pemasaran internasional dapat dilakukan pada kajian makro dan mikro. Tujuan kajian makro adalah mengidentifikasi iklim sosiologis umum terhadap bisnis di sebuah negara, sikapnya terhadap orang asing dan produk baru. Kajian mikro berkenaan dengan penafsiran dampak kultur terhadap sekelompok orang tertentu didalam sebuah negara.
Perbedaan budaya memiliki dampak terhadap keputusan pemasaran yang mempengaruhi produk, harga, distribusi daan promosi. Analisis Lintas Kultural mengacu kepada perbandingan sistematis berbagai perbedaan dalam aspek materi dan perilaku kultur. Dalam pemasaran, analisis lintas kultural digunakan untuk mendapatkan suatu pengertian atas segmen-segmen pasar di dalam dan di seberang batas-batas nasional.

Sumber :











Tidak ada komentar:

Posting Komentar